Langsung ke konten utama

Semantik Bahasa Jepang

Dalam kajian ini akan mengulas tentang teori-teori yang semantik bahasa jepang. Dalam teori semantik memiliki makna denotatif dan konotatif.

Teori Semantik Bahasa Jepang

Menurut (Chaer, 2009, hal.2) kata semantik berasal dari bahasa Yunani, sema, yang berarti “tanda” atau “lambang”, yang dimaksud dengan tanda di sini adalah tanda linguistik. Oleh karena itu semantik merupakan ilmu linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa.

Semantik sebagai pelafalan dari istilah “la semantique” adalah salah satu ilmu dan analisis tentang makna linguistik (Parera, 2004, hal.42).

Untuk pembagian semantik ke dalam ilmu bahasa, ahli semantik (Ikegami,       1991, hal.19) juga mengatakan,

言語における意味の問題は、当然言語学の一部門として意味論の対象になる。意味論は、特に区別されるときは「言語学的な意味論」(linguistic semantics)、「哲学的な意味論」(philosophical semantics)、 「一般意味論」(general semantics)というふうにそれぞれ呼ばれるが、多くはいずれの場合対しても「意味論」という名称使われる。
Terjemahan :

Permasalahan arti dalam bahasa yang menjadi objek semantik adalah salah satu bagian dalam ilmu linguistik. Semantik yang secara khusus dibedakan sesuai dengan sebutannya menjadi semantik linguistik semantik filosifis, semantik umum, tetapi sering digunakan nama semantik dalam berbagai macam kesempatan dengan nama sebutannya.

Menurut (Harley, 1995, hal.204), semantik adalah ilmu tentang makna, dan terkait erat dengan ilmu tentang konsep dan kategorisasi. Terdapat perbedaan antara aspek makna kata yang sebenarnya dan aspek perluasan makna dari kata.

Pertama, arti sebuah kata dapat ditemukan dengan cara di mana kata tersebut telah melakat sampai mewakili jaringan makna dari segala sesuatu yang kita ketahui.

Kedua, arti sebuah kata terurai menjadi serangkaian makna semantik.

Makna kata dalam linguistik terbagi dua, yang pertama adalah kata yang tidak mengandung makna tambahan atau perasaan tambahan disebut makna kata denotatif, denotasi atau makna kata yang sebenarnya.

Sedangkan yang kedua adalah makna kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu atau nilai rasa tertentu disamping makna dasar yang umum disebut makna konotatif, konotasi atau makna kiasan. (Keraf, 2007, hal.27-28).

Makna Denotatif

Imbuhan -de dalam kata denotatif memiliki arti tetap dan wajar sebagaimana adanya. Jadi denotatif adalah makna yang wajar, yang asli, yang muncul pertama, yang diketahui pada mulanya, makna sebagai adanya, dan makna sesuai kenyataannya (Parera, 2004, hal.97 - 98).

Menurut (Harley, 1995, hal.178), makna denotatif dari sebuah kata merupakan intinya, makna yang paling mendasar, semua orang mengerti dan setuju dengan makna kata secara denotatif.

 Contohnya, makna denotatif dari kata “anjing” merupakan makna inti dari kata anjing sebagai hewan, itu adalah hubungan antara kata dan kelas objek tersebut menunjuk.
Pengertian makna denotatif menurut (Keraf, 2007, hal.28),

“Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah seperti: makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referansial, atau makna proposisional.

Disebut makna denotasional, referansial, konseptual, atau ideasional, karena makna itu menunjuk (denote) kepada suatu referan, konsep atau ide tertentu dari suatu referen.

Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan; stimulus (dari pihak pembicara) dan respons (dari pihak pendengar) menyangkut hal - hal yang dapat dicerap pancaindria (kesadaran) dan rasio manusia.

Dan makna ini juga disebut makna proposisional karena ia bertalian dengan informasi - informasi atau pernyataan - pernyataan yang bersifat faktual. Makna ini, yang diacu dengan bermacam - macam nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata.”

Makna Konotatif

Imbuhan -ko dalam kata konotatif memiliki arti bersama yang lain, ada tambahan yang lain terhadap notasi yang bersangkutan.

 Jadi konotatif adalah makna dari kata yang asli atau makna denotatif yang telah memperoleh tambahan perasaan tertentu, emosi tertentu, nilai tertentu, dan rangsangan tertentu yang bervariasi dan juga tak terduga (Parera, 2004, hal.97-98).

Menurut (Harley, 1995, hal.178), makna konotatif dari sebuah kata merupakan makna implikasi sekunder, atau makna emotif atau makna evaluatif asosiasi, setiap orang memiliki pendapat yang berbeda - beda akan makna konotatif.
Contohnya, makna konotatif dari kata ”anjing”, kemungkinan memiliki arti “menyenangkan”, “menakutkan”, atau “berbau (busuk)”.

(Keraf, 2007, hal.29) menjelaskan pengertian dari makna konotatif, “Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makan konotatif adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan respons mengandung nilai - nilai emosional.

Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju –– tidak setuju, senang –– tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar; di pihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama.”

Teori Analisis Medan Makna

Dalam buku (Parera, 2004, hal.137) menurut pandangan F. De Sausssure pada awal analisis struktural, paralinguis sangat dipengaruhi oleh psikologi asosionistik dalam pendekatan mereka terhadap makna.

Paralinguis dengan intuisi mereka sendiri menyinpulkan hubungan diantara seperangkat kata. Misalnya, dengan data “baik, kebaikan, memperbaiki, pembaikan, perbaikan” atau “satu, satuan, penyatu, persatuan, penyatuan, bersatu, pemersatu” mereka memberikan simpulan bahwa kata-kata itu mempunyai asosiasi antar sesamanya.

Demikianlah pada awalnya konsep asosiasi makna yang dipelopori oleh Ferdinand De Saussure.
   
Menurut (Lyons, 1963, hal.268), medan makna adalah seperangkat kosa kata yang dapat berhubungan secara sintakmatis atau paradigmatik.

Dan menurut Harimurti dalam (Chaer, 2009, hal.110), menyatakan bahwa medan makna (semantic field, semantic domain) adalah bagaian dari sistem semantik bahasa yang mengambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas daam alam semesta tertentu dan direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Dan, terima kasih telah singgah di nihongo-gakka.

Diagram Medan Makna


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sintaksis dalam Bahasa Jepang

Tinjauan Umum Terhadap Sintaksis Sintaksis  adalah  bidang  tataran  linguistik  yang  secara  tradisional  disebut  tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattiein yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan   bersama   kata-kata   menjadi   kelompok   kata  atau  kalimat.  Arifin (2008:1-2) mengemukakan sintaksis sebagai cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa dan kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya rumah mewah. Frasa membicarakan hubungan antara sebuah kata dan kata yang lain. Pada contoh tersebut, baik rumah maupun  mewah,  tidak  satu  pun  yang  berfungsi  sebagai  predikat. Klausa  adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah predikat, dan berpotensi menjadi kalimat.

Teori Konsep Kanji dalam Bahasa Jepang

Teori Konsep Kanji Huruf kanji 「漢字」 adalah huruf yang di buat di China lebih dari 3000 tahun yang lalu. Huruf kanji disampaikan ke Jepang kira-kira pada abad 4 pada waktu negeri China merupakan zaman Kan. Oleh sebab itulah maka huruf tersebut dinamakan kanji yang berarti huruf negri Kan. (Iwabuchi, 1989, hal.63). Huruf kanji  mula-mula dari bentuk suatu benda kemudian dipresentasikan ke dalam bentuk tulisan sehingga bisa di baca. Seperti beberapa contoh karakter huruf Kanji yang ada di bawah ini, huruf berangsur-angsur berubah ke bentuk yang lebih sederhana dan mudah di tulis. Sehingga menjadi huruf Kanji yang kita gunakan sampai sekarang. Pengertian kanji menurut (Takebe, 1993, hal.4) adalah : 漢字は意味を表します。漢字はその意味をその読み方がわかります。漢字の「口」の元は、くちの絵でした Terjemahan : Kanji mengekspresikan arti. Dalam kanji, mengerti cara bacanya melalui arti dari kanji tersebut. Bentuk asli dari kanji kuchi「口」merupakan gambar dari bentuk mulut. Konsep Kanji Huruf kanji merupakan salah satu asp

Goi dalam Bahasa Jepang

Jenis Jenis Goi Sudjianto dan Dahidi(2007:98) ) dalam Pengantar Linguistik Bahasa Jepang menjelaskan bahwa : Kosakata atau goi dapat diklasifikasikan berdasrkan pada cara-cara, standar atau sudut pandang apa kita melihatnya. Misalnya berdasarkan karakteristik gramatikalnya terdapat kata-kata yang tergolong doushi (verba), i-keiyoushi atau ada yang menyebutnya keiyoushi (ajektiva i), na-keiyoushi atau ada yang menyebutnya keiyoudoushi (ajektiva na). meishi (nomina), rentaishi (prenomina), fukushi (adverbia), kandoushi (interjeksi), setsuzokushi (konjungsi), jodoushi (verba bantu), dan joshi (pertikel). Kosakata dapat juga diklasifikasikan berdasarkan para penuturnya dilihat dari faktor usia, jenis kelamin dan sebagainya. Lalu berdasarkan pekerjaan atau bidang keahliannya di dalam bahasa Jepang terdapat beberapa senmon yoogo(istilah-istilah teknis atau istilah-istilah bidang keahlian) termasuk didalamnya kata-kata yang termasuk bidang kedokteran, pertanian, teknik, perekonomian,