Langsung ke konten utama

Kesalahan Pengucapan Bahasa Jepang

kesalahan-pengucapan
Kesalahan pengucapan dalam bahasa jepang

Pembelajar Bahasa Jepang, memiliki kecenderungan yang salah dalam mengucapkan bahasa Jepang. Hal ini banyak sekali variabel yang menjadi sebabnya.

Ragam Bahasa Dunia Berbeda-beda


Setiap  bahasa  yang  digunakan  di  masing-masing  negara  memiliki  bunyi  yang berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu bahasa, baik dari cara membunyikannya maupun membangun sebuah kalimat secara lisan ataupun tertulis. Sutedi (2004: 2) mengungkapkan:

Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain.

Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain, tetapi hanya ditujukan pada diri sendiri, seperti saat berbicara sendiri baik yang dilisankan maupun hanya di dalam hati.

Tetapi, yang paling penting adalah ide, pikiran, hasrat dan keinginan tersebut dituangkan melalui bahasa.

Agar bahasa dapat digunakan sebagai alat komunikasi seperti yang dijelaskan di atas, serta dapat memenuhi fungsinya secara baik, maka diperlukanlah pengetahuan yang cukup mengenai bunyi suatu bahasa. Karena di sini lebih banyak disoroti tentang fonetik dan fonologi (ilmu bunyi suatu bahasa).

Onseigaku


Dalam bahasa Jepang, fonologi disebut dengan onseigaku. Dalam fonologi, penulis mencoba menganalisis kesalahan pelafalan bunyi し(shi), つ (tsu), dan ず/づ (zu) dalam kata-kata bahasa Jepang yang masih sering salah

diucapkan oleh pemelajar asing, yang berbahasa ibu bahasa Indonesia. Setiap pengguna bahasa di seluruh dunia tentu memiliki bunyi ujaran yang berbeda-beda.

Dan perbedaan ucapan tersebut membuat suatu perbedaan yang khas antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya. Bahkan kita dapat membedakan bunyi ujaran orang yang satu dengan yang lain, walaupun bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sama.

Menurut Kentjono  dalam  Kushartanti,  dkk.  (2005:  159-160),  perbedaan  ucapan  tidak  hanya timbul karena penuturnya berbeda. Perbedaan tersebut dapat terjadi pada setiap orang, yang berarti ucapan setiap orang bergeser-geser kualitas dan kuantitasnya.

Pergeseran Bunyi


Selain itu ada dua macam pergeseran bunyi yang kita ucapkan, yaitu pergeseran yang terjadi karena bunyi yang bersangkutan terdapat pada posisi atau lingkungan yang berbeda, dan yang kedua yaitu pergeseran yang terjadi meskipun posisi atau lingkungan bunyi tersebut tetap sama.

Jenis pergeseran pertama terjadi karena bunyi cenderung dipengaruhi lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud di sini yaitu lingkungan suatu bunyi.

Misalnya vokal yang berada di belakang konsonan ‘sengauan’ akan tersengaukan karena pengaruh konsonan tersebut. Seperti pada kata nganga, bunyi vokal a akan tersengaukan karena pengaruh konsonan sengauan [ŋ].

Jenis pergeseran kedua terjadi karena alat-alat ucap kita tidak mampu dengan sengaja mengucapkan dua bunyi yang benar-benar sama. Contohnya seperti pergeseran di antara [e] dan [ε] atau di antara [o] dan [ɔ]. Kita dapat mengucapkan vokal e seperti pada kata

rela, meja, dan beda sebagai [e] maupun sebagai [ε]. Dan kita dapat pula mengucapkan vokal o seperti pada kata bola, roda, dan kota sebagai [o] maupun [ɔ].

Dengan memperhatikan pergeseran-pergeseran seperti itu, maka tidak hilang kemungkinan bahwa kita dapat saja melakukan pergeseran pelafalan bahasa lain dengan melakukan penyesuaian lafal dengan bahasa sendiri, baik disadari maupun tidak disadari.

Lidah orang Indonesia


Masih banyak orang Indonesia yang melafalkan bahasa Jepang dengan tidak sesuai bunyi aslinya. Memang, kita sebagai bangsa Indonesia tidaklah harus dapat melafalkan bahasa lain dengan ketepatan yang sama persis, namun dalam mempelajari suatu bahasa, kita dituntut untuk dapat melafalkan paling tidak mendekati bunyi aslinya tanpa menghiraukan bunyi asli bahasa asing tersebut.

Tentu saja dalam beberapa kasus, hal ini akan menimbulkan masalah pengertian makna maupun kesalahan penulisan. Misalnya bunyi つき (tsuki) yang memiliki makna “bulan”, dan seharusnya dilafalkan [tsɯki]

sering dilafalkan sebagai すき(suki)   yang memiliki makna “suka”, dan seharusnya dilafalkan [sɯki].  Atau kasus lainnya yaitu pada saat melakukan dikte, jika pendikte salah melafalkan suatu kata, maka si penulis kata yang didiktekan akan menuliskannya dengan salah pula.

Sebagai  contoh  lain,  huruf  つ (tsu)  dengan  lambang  fonem  /tsɯ/  sering  sekali dilafalkan sebagai ちゅ (chu) yang lambang fonemnya /tʃɯ/; huruf konsonan ‘z’ atau [dz]  dilafalkan  sebagai  ‘j’  atau  [dӡ],  seperti  pada  kata  ‘shizuka’  [ʃidzɯka]  yang dilafalkan menjadi ‘shijuka’ [ʃidӡɯka];  atau bunyi ‘shi’ dengan lambang fonem /ʃi/ dilafalkan [si], dan masih banyak contoh kesalahan yang lain.

Sebagai pendahuluan, disini kita akan mencoba melakukan kajian yang cukup esensial. Para pemelajar bahasa Jepang harapannya tergugah dan sadar akan kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam pelafalan bahasa Jepang, sehingga timbul keinginan untuk memperbaiki kesalahan tersebut agar tidak terjadi lagi.

Permasalahan Umum yang Muncul


Seperti pada latar belakang permasalahan, bahwa banyak ditemuinya kesalahan pengucapan bunyi bahasa Jepang yang diucapkan oleh pemelajar berbahasa ibu bahasa Indonesia, maka penulis bermaksud meneliti, bunyi apa saja di antara bunyi し (shi), つ(tsu), dan ず/づ (zu) dalam bahasa Jepang yang masih sering dilafalkan secara tidak

benar oleh pemelajar berbahasa ibu bahasa Indonesia, serta meneliti perbedaan kekhasan bunyi bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia. Selain itu penulis juga   bermaksud menjelaskan bagaimana dan mengapa kesalahan tersebut dapat terjadi.

Spesifikasi Permasalahan Pengucapan


Ruang lingkup permasalahan penelitian ini adalah mahasiswa sastra Jepang tingkat akhir atau semester delapan tahun 2008 Universitas Bina Nusantara.

Disini anda akan menganalisis seberapa banyak kesalahan pelafalan sukukata dalam kata-kata bahasa Jepang yang masih sering dilakukan oleh mahasiswa sastra Jepang tingkat akhir Universitas Bina Nusantara.

Penulis menjadikan mahasiswa semester delapan sastra Jepang tahun 2008 Universitas Bina Nusantara sebagai responden bahan penelitian, karena mahasiswa sastra Jepang tingkat akhir tentu sudah mempelajari bahasa Jepang sekurang-sekurangnya tiga setengah tahun, dan waktu selama ini sudah cukup untuk mahasiswa mengenal bunyi bahasa Jepang.

Penulis juga melakukan pembatasan mengenai bunyi yang diteliti. Penulis hanya melakukan  penelitian  pada  bunyi-bunyi  tertentu  saja  (tidak  semua  bunyi  sukukata bahasa Jepang).

Bunyi yang akan diteliti atau disoroti oleh penulis yaitu bunyi shi (し) [ʃi],  tsu (つ) [tsɯ],  dan zu (ず/づ) [dzɯ].  Karena interferensi atau pergeseran bunyi

dapat terjadi pada dua bidang, yaitu bidang segmental (vokal, konsonan, diftong, dan gugus konsonan) dan bidang suprasegmental (jangka, tekanan, dan nada), maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada bidang segmental saja, khususnya pada konsonannya.

Alasan dari hal tersebut yaitu karena penelitian di bidang suprasegmental membutuhkan peralatan yang lebih lengkap dan canggih serta membutuhkan waktu yang lama.


Manfaat Mempelajari Pengucapan Bahasa Jepang


Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis kesalahan pengucapan bunyi し (shi), つ (tsu), dan ず/づ (zu) dalam bahasa Jepang, yaitu lebih tepatnya mengetahui bunyi apa saja di antara bunyi し (shi), つ (tsu), dan ず/づ (zu)

dalam bahasa Jepang yang masih sering dilafalkan secara tidak benar oleh pemelajar berbahasa ibu bahasa Indonesia, serta mengetahui alasan terjadinya kesalahan tersebut yang dilakukan oleh mahasiswa sastra Jepang tingkat akhir Universitas Bina Nusantara, juga memperbaiki kesalahan pengucapan tersebut yang relevan bagi setiap pemelajar bahasa Jepang.

Selain itu untuk membantu mengingatkan para pemelajar bahasa Jepang agar memperhatikan hal ini sebagai hal yang penting dalam mempelajari suatu bahasa.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran dan refleksi pada para pemelajar bahasa Jepang dalam melihat kesalahan yang paling sering dilakukan saat mengucapkan bahasa Jepang. Dan, terima kasih telah singgah di nihongo-gakka.(*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sintaksis dalam Bahasa Jepang

Tinjauan Umum Terhadap Sintaksis Sintaksis  adalah  bidang  tataran  linguistik  yang  secara  tradisional  disebut  tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattiein yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan   bersama   kata-kata   menjadi   kelompok   kata  atau  kalimat.  Arifin (2008:1-2) mengemukakan sintaksis sebagai cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa dan kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya rumah mewah. Frasa membicarakan hubungan antara sebuah kata dan kata yang lain. Pada contoh tersebut, baik rumah maupun  mewah,  tidak  satu  pun  yang  berfungsi  sebagai  predikat. Klausa  adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah predikat, dan berpotensi menjadi kalimat.

Teori Konsep Kanji dalam Bahasa Jepang

Teori Konsep Kanji Huruf kanji 「漢字」 adalah huruf yang di buat di China lebih dari 3000 tahun yang lalu. Huruf kanji disampaikan ke Jepang kira-kira pada abad 4 pada waktu negeri China merupakan zaman Kan. Oleh sebab itulah maka huruf tersebut dinamakan kanji yang berarti huruf negri Kan. (Iwabuchi, 1989, hal.63). Huruf kanji  mula-mula dari bentuk suatu benda kemudian dipresentasikan ke dalam bentuk tulisan sehingga bisa di baca. Seperti beberapa contoh karakter huruf Kanji yang ada di bawah ini, huruf berangsur-angsur berubah ke bentuk yang lebih sederhana dan mudah di tulis. Sehingga menjadi huruf Kanji yang kita gunakan sampai sekarang. Pengertian kanji menurut (Takebe, 1993, hal.4) adalah : 漢字は意味を表します。漢字はその意味をその読み方がわかります。漢字の「口」の元は、くちの絵でした Terjemahan : Kanji mengekspresikan arti. Dalam kanji, mengerti cara bacanya melalui arti dari kanji tersebut. Bentuk asli dari kanji kuchi「口」merupakan gambar dari bentuk mulut. Konsep Kanji Huruf kanji merupakan salah satu asp

Semantik Bahasa Jepang

Dalam kajian ini akan mengulas tentang teori-teori yang semantik bahasa jepang. Dalam teori semantik memiliki makna denotatif dan konotatif. Teori Semantik Bahasa Jepang Menurut (Chaer, 2009, hal.2) kata semantik berasal dari bahasa Yunani, sema, yang berarti “tanda” atau “lambang”, yang dimaksud dengan tanda di sini adalah tanda linguistik. Oleh karena itu semantik merupakan ilmu linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Semantik sebagai pelafalan dari istilah “la semantique” adalah salah satu ilmu dan analisis tentang makna linguistik (Parera, 2004, hal.42). Untuk pembagian semantik ke dalam ilmu bahasa, ahli semantik (Ikegami,       1991, hal.19) juga mengatakan, 言語における意味の問題は、当然言語学の一部門として意味論の対象になる。意味論は、特に区別されるときは「言語学的な意味論」(linguistic semantics)、「哲学的な意味論」(philosophical semantics)、 「一般意味論」(general semantics)というふうにそれぞれ呼ばれるが、多くはいずれの場合対しても「意味論」という名称使われる。 Terjemahan : Permasalahan arti dalam bahasa yang menjadi objek semantik adalah salah satu bagian dalam ilm

Goi dalam Bahasa Jepang

Jenis Jenis Goi Sudjianto dan Dahidi(2007:98) ) dalam Pengantar Linguistik Bahasa Jepang menjelaskan bahwa : Kosakata atau goi dapat diklasifikasikan berdasrkan pada cara-cara, standar atau sudut pandang apa kita melihatnya. Misalnya berdasarkan karakteristik gramatikalnya terdapat kata-kata yang tergolong doushi (verba), i-keiyoushi atau ada yang menyebutnya keiyoushi (ajektiva i), na-keiyoushi atau ada yang menyebutnya keiyoudoushi (ajektiva na). meishi (nomina), rentaishi (prenomina), fukushi (adverbia), kandoushi (interjeksi), setsuzokushi (konjungsi), jodoushi (verba bantu), dan joshi (pertikel). Kosakata dapat juga diklasifikasikan berdasarkan para penuturnya dilihat dari faktor usia, jenis kelamin dan sebagainya. Lalu berdasarkan pekerjaan atau bidang keahliannya di dalam bahasa Jepang terdapat beberapa senmon yoogo(istilah-istilah teknis atau istilah-istilah bidang keahlian) termasuk didalamnya kata-kata yang termasuk bidang kedokteran, pertanian, teknik, perekonomian,