Langsung ke konten utama

Teori Konsep Kanji dalam Bahasa Jepang

Teori Konsep Kanji

Huruf kanji 「漢字」 adalah huruf yang di buat di China lebih dari 3000 tahun yang lalu. Huruf kanji disampaikan ke Jepang kira-kira pada abad 4 pada waktu negeri China merupakan zaman Kan.

Oleh sebab itulah maka huruf tersebut dinamakan kanji yang berarti huruf negri Kan. (Iwabuchi, 1989, hal.63). Huruf kanji  mula-mula dari bentuk suatu benda kemudian dipresentasikan ke dalam bentuk tulisan sehingga bisa di baca.

Seperti beberapa contoh karakter huruf Kanji yang ada di bawah ini, huruf berangsur-angsur berubah ke bentuk yang lebih sederhana dan mudah di tulis. Sehingga menjadi huruf Kanji yang kita gunakan sampai sekarang.

Pengertian kanji menurut (Takebe, 1993, hal.4) adalah :

漢字は意味を表します。漢字はその意味をその読み方がわかります。漢字の「口」の元は、くちの絵でした

Terjemahan :
Kanji mengekspresikan arti. Dalam kanji, mengerti cara bacanya melalui arti dari kanji tersebut. Bentuk asli dari kanji kuchi「口」merupakan gambar dari bentuk mulut.
konsep kanji
Konsep Kanji
Huruf kanji merupakan salah satu aspek yang sulit bagi para siswa yang sedang mempelajari bahasa Jepang. Hal ini dirasakan terutama oleh siswa yang tidak memiliki latar belakang “Budaya Kanji”. 

Bahkan diantara para siswa yang memiliki latar belakang budaya kanji pun (seperti orang China, orang Korea, orang Taiwan, dan sebagainya) kadang-kadang merasa sulit bila berhadapan dengan huruf kanji Jepang.

Dengan melihat bentuknya, biasanya mereka tahu apa arti kanji itu, bagaimana cara penulisannya, dan sebagainya. Namun kadang-kadang mereka terbentur pada cara membacanya. 

Sebab, walaupun bentuk kanji yang dipakai dalam bahasa Jepang, bahasa China, atau bahasa Korea sama, tetapi cara membacanya tidak sama. Itulah salah satu kesulitan mempelajari huruf kanji yang sering dialami oleh siswa yang memiliki latar belakang budaya kanji.

Salah satu alasan sulitnya mempelajari huruf kanji dikarenakan jumlahnya yang begitu banyak. Seperti telah dijelaskan di bagian muka bahwa kanji merupakan 表意文字 (hyoui moji). 

Sebuah kanji bisa menyatakan arti tertentu. Hal seperti ini dapat memberikan arti bahwa hampir semua benda yang ada didunia ini (terutama kata-kata yang termasuk (和語) wago dan (漢語) kango). 
Dapat ditulis dengan huruf kanji. Sehingga dapat dibayangkan kesulitannya, jumlah huruf kanji hamper sama dengan benda yang ada didunia. 

Didalam Daikanwa jiten yang merupakan kamus (kanwa jiten) terbesar yang disusun di Jepang terdapat kira-kira 50.000 huruf kanji (Ishida, 1991, hal.76). 

Kalau melihat dari jumlah itu, siapa pun akan merasa kesulitan, terutama pembelajar bahasa Jepang yang sebelumnya sudah terbiasa cukup mempelajari dan menguasai hanya 26 huruf latin.

Teori pembentukkan kanji (rikusho)

Tjandra (2011) dan Koizumi (1999) sama – sama mengemukakan bahwa cara pembuatan dan cara pemakaian kanji disebut rikusho. 

Menurut (Tjandra, 2011, hal.10-15) dalam bukunya yang berjudul ‘Morfologi Jepang’ menyatakan, huruf kanji dibuat berdasarkan empat cara baku dan selain itu masih ada lagi dua tambahan pemakaian huruf kanji yang juga baku sehingga seluruhnya menjadi enam cara konstruksi huruf kanji yang dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah  Rikusho 「六書」bermakna “enam penulisan”, yaitu:

1. Piktograf / Shookei Moji

Cara pertama adalah pembuatan huruf kanji berdasarkan gambar konkrit sebagai acuannya. Cara ini menghasilkan huruf kanji yang disebut dengan istilah piktograf bermakna “tulisan gambar”. Dalam bahasa Jepang, kanji piktograf disebut dengan Shookei Moji yang bermakna “huruf bentuk gajah”.

Contoh:
Kanji bermakna “hari/tanggal” berasal dari gambar acuan matahari;
Kanji bermakna “bulan” berasal dari gambar acuan bulan sabit;
Kanji bermakna “mulut” berasal dari gambar acuan mulut orang;
Kanji bermakna “sungai” berasal dari gambar acuan aliran air;
Kanji bermakna “pohon” berasal dari gambar acuan pohon;
Kanji bermakna “mata” berasal dari gambar acuan mata orang;
Kanji bermakna “sawah” berasal dari gambar acuan petak sawah;
Kanji bermakna “kuda” berasal dari gambar acuan kuda yang menoleh ke  belakang;
Kanji bermakna “ikan” berasal dari gambar acuan ikan;

Contoh evolusi dari gambar menjadi huruf adalah sebagai berikut:

perubahan kanji
Perubahan Kanji

2. Ideograf / Shiji Moji

Cara kedua adalah pembuatan huruf kanji berdasarkan ide manusia yang divisualisasikan. Cara kedua ini menghasilkan huruf kanji yang disebut dengan istilah ideograf bermakna “tulisan ide”. Dalam bahasa Jepang huruf  kanji ideograf  disebut dengan istilah Shiji Moji yang bermakna “huruf pengacu suatu hal”.

Contoh:
  1. Kanji bermakna “atas” berasal dari ide ada barang di atas alas horizontal;
  2. Kanji bermakna “bawah” berasal dari ide ada barang di bawah alas horizontal;
  3. Kanji bermakna “tengah/dalam” berasal dari ide ada barang di belah di tengah-tengahnya lalu kelihatan dalamnya;
  4. Kanji bermakna “satu” berasal dari ide satu garis;
  5. Kanji bermakna “dua” berasal dari ide dua garis;
  6. Kanji bermakna “tiga” berasal dari ide tiga garis;
  7. Kanji bermakna “timur” berasal dari ide matahari masuk ke celah-celah pohon dari arah timur waktu pagi hari;

Contoh transformasi dari sebuah ide menjadi huruf sebagai berikut:

shiji moji

3. Penggabungan Piktograf / Ideograf / Kaii Moji

Cara ketiga adalah pembuatan huruf kanji dengan menggabungkan huruf-huruf dasar yang sudah dibikin terlebih dahulu dengan cara kesatu dan kedua. Dalam bahasa Jepang cara ketiga ini disebut dengan istilah Kaii Moji yang bermakna “huruf saling bertemu arti”.

Contoh:
  1. Kanji “hari” dan “bulan” digabung membentuk kanji “terang”;
  2. Kanji “perempuan” dan “anak” digabung membentuk kanji “baik/bagus”;
  3. Kanji dua batang “pohon” digabung membentuk kanji “hutan”;
  4. Kanji tiga batang “pohon” digabung membentuk kanji “rimba”;
  5. Kanji “hari” dan “pohon” digabung membentuk kanji “timur”;
  6. Kanji “gunung” “atas” “bawah” digabung membentuk kanji “lembah ngarai”;
  7. Kanji “pohon” dan “dewa” digabung membentuk kanji “kayu sakral untuk Shinto”;

Contoh penggabungan yang membentuk kanji baru sebagai berikut:

+ 明{akarui}
 “matahari”         “bulan”                “terang”

+ 好 {yoi}
“perempuan”    “anak”        “baik”

+ 林 {hayashi}
 “pohon”    “pohon”     “hutan”

木  + 木  +  木 森 {mori}
“rimba”

+ 東 {higashi}
     “matahari”       “pohon”             “timur”

山  +  上  + 下 峠 {tooge}
“gunung”      “atas”   “bawah”   “lembah ngarai”

+ 榊{sakaki}
“pohon”           “dewa”       “kayu sakral Shinto”


4. Fono – Ideograf / Keisei Moji

Cara keempat ialah pembuatan huruf kanji dengan cara pertandaan, satu bagian melambangkan arti (secara kasar) dan satu bagian lagi melambangkan ucapan (bunyi). 

Cara keempat ini menghasilkan huruf kanji yang disebut dengan istilah Fono-Ideograf bermakna “tulisan berucapan dan beride”. 

Dalam bahasa Jepang kanji Fono-ideograf disebut dengan istilah Keisei Moji bermakna “huruf bentuk bunyi”. 

Kanji Fono-ideograf berjumlah paling banyak. Semua huruf memiliki bagian yang melambangkan arti secara simbolis. 

Lambang arti ini disebut bushu dalam bahasa Jepangnya. Bushu huruf kanji ada berlokasi di sebelah kiri, ada juga yang berlokasi di sebelah kanan, atas, bawah dan secara keseluruhan.

Contoh:
Kanji「河」{ka} berbushu Sanzui dengan makna “tiga titik air” di sebelah kiri sehingga kanji ini berlambang makna “air”, bagian sebelah kanan berucap /ka/; maka huruf ini bermakana/beracuan “kali besar” dengan ucapan /ka/.

Kanji「郊」{koo} berbushu oozatozukuri dengan makna “pedesaan besar” di sebelah kanan sehingga kanji ini berlambang makna “pedesaan”, bagian sebelah kiri berucapan /koo/; maka huruf ini bermakna “daerah pinggiran kota” dengan ucapan /koo/.

Kanji「花」{ka} berbushu kusakanmuri dengan makna “ lambang rumput” di sebelah atas sehingga kanji ini berlambang makna “rumput-rumputan”, bagian di sebelah bawah berucapan /ka/; maka huruf ini bermakna “bunga” dengan ucapan /ka/.

Kanji「烈」{recu} berbushu shitabi/rekka dengan makna “api bawah”di sebelah bawah sehingga kanji ini berlambang makna “api”,bagian sebelah atas berucapan /recu/; maka huruf ini bermakna “menggelora” dengan ucapan /recu/.

Cara keempat melahirkan kanji yang serumpun di bawah lambang bushu yang sama seperti berikut ini sebagai contoh.

Contoh kanji berlambang sanzui {“tiga titik air”} pada dasarnya masing-masing bermakna sesuatu yang ada hubungannya dengan air atau turunannya seperti berikut:

  1. Kanji 「河」bermakna “kali besar” berucapan /ka/; 
  2. Kanji 「海」bermakna “laut” berucapan /kai/;
  3. Kanji 「湖」bermakna “danau” berucapan /ko/;
  4. Kanji 「洋」bermakna “samudra” berucapan /yoo/;
  5. Kanji 「沼」bermakna “rawa-rawa” berucapan / syoo/;
  6. Kanji 「江」bermakna “sungai besar” berucapan /koo/;
  7. Kanji 「泳」bermakna “berenang” berucapan /ei/
Pendek kata, makna dari huruf kanji cara keempat banyak sedikit akan ada hubungannya dengan makna lambang kanji baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Kanji Pergeseran Makna / Tenchuu moji

Cara kelima bukan merupakan cara pembuatan huruf kanji baru, melainkan cara pemakaian kanji yang sudah ada berdasarkan modifikasi makna lama menjadi kanji yang bermakna baru. Cara pemakaian kanji ini dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah tenchuu bermakna “berubah dan bergeser”.

Contoh :
Kanji 「楽」pada mulanya berucapan {gaku} bermakna “musik”, kemudian karena musik menyenangkan, lalu dipakai untuk makna “senang/enak” dengan ucapan {raku}
Kanji 「悪」pada mulanya berucapan {aku} bermakna “jahat”, kemudian  karena jahat adalah menjengkelkan, lalu dipakai untuk makna “menyebalkan” dengan ucapan {oku} dari /keNoku/ (「嫌悪」).

6. Kanji Fonetis / Kasha Moji

Kanji fonestis adalah kanji pelambang bunyi. 

Huruf kanji menurut kodratnya adalah pelambang makna sehingga kanji disebut sebagai huruf morfemis, tetapi pada cara keenam , kanji dipakai semata-mata sebagai huruf pelambang ucapan, makna yang dikandungnya sama sekali tidak dipakai. 

Dalam bahasa Jepang cara keenam disebut dengan istilah kasha bermakna “meminjam”.

Kanji Fonetis secara resmi mulai dipakai untuk bahasa Jepang sejak abad delapan melalui penerbitan antologi puisi klasik berjudul manyooshuu. 

Pada zaman sekarang kanji Fonetis masih dipakai untuk nama orang dan nama tempat.

Contoh: 
Makanan gorengan bernama TEMPURA berbahan baku udang, ikan, sayuran yang digoreng dengan adonan tepung terigu di Tokyo ada yang menulisnya dengan kanji Fonetis menjadi  「天婦羅」. 

Ketiga huruf kanji itu masing-masing bermakna:「天」”langit”,「婦」”wanita”,「羅」”kain kasa”; ketiga makna sama sekali tidak ada hubungannya dengan makanan tempura. Jadi, yang difungsikan hanyalah ucapan ketiga huruf kanji tersebut. Dan, terima kasih telah singgah di nihongo-gakka.(*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sintaksis dalam Bahasa Jepang

Tinjauan Umum Terhadap Sintaksis Sintaksis  adalah  bidang  tataran  linguistik  yang  secara  tradisional  disebut  tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattiein yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan   bersama   kata-kata   menjadi   kelompok   kata  atau  kalimat.  Arifin (2008:1-2) mengemukakan sintaksis sebagai cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa dan kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya rumah mewah. Frasa membicarakan hubungan antara sebuah kata dan kata yang lain. Pada contoh tersebut, baik rumah maupun  mewah,  tidak  satu  pun  yang  berfungsi  sebagai  predikat. Klausa  adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah predikat, dan berpotensi menjadi kalimat.

Semantik Bahasa Jepang

Dalam kajian ini akan mengulas tentang teori-teori yang semantik bahasa jepang. Dalam teori semantik memiliki makna denotatif dan konotatif. Teori Semantik Bahasa Jepang Menurut (Chaer, 2009, hal.2) kata semantik berasal dari bahasa Yunani, sema, yang berarti “tanda” atau “lambang”, yang dimaksud dengan tanda di sini adalah tanda linguistik. Oleh karena itu semantik merupakan ilmu linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Semantik sebagai pelafalan dari istilah “la semantique” adalah salah satu ilmu dan analisis tentang makna linguistik (Parera, 2004, hal.42). Untuk pembagian semantik ke dalam ilmu bahasa, ahli semantik (Ikegami,       1991, hal.19) juga mengatakan, 言語における意味の問題は、当然言語学の一部門として意味論の対象になる。意味論は、特に区別されるときは「言語学的な意味論」(linguistic semantics)、「哲学的な意味論」(philosophical semantics)、 「一般意味論」(general semantics)というふうにそれぞれ呼ばれるが、多くはいずれの場合対しても「意味論」という名称使われる。 Terjemahan : Permasalahan arti dalam bahasa yang menjadi objek semantik adalah salah satu bagian dalam ilm

Goi dalam Bahasa Jepang

Jenis Jenis Goi Sudjianto dan Dahidi(2007:98) ) dalam Pengantar Linguistik Bahasa Jepang menjelaskan bahwa : Kosakata atau goi dapat diklasifikasikan berdasrkan pada cara-cara, standar atau sudut pandang apa kita melihatnya. Misalnya berdasarkan karakteristik gramatikalnya terdapat kata-kata yang tergolong doushi (verba), i-keiyoushi atau ada yang menyebutnya keiyoushi (ajektiva i), na-keiyoushi atau ada yang menyebutnya keiyoudoushi (ajektiva na). meishi (nomina), rentaishi (prenomina), fukushi (adverbia), kandoushi (interjeksi), setsuzokushi (konjungsi), jodoushi (verba bantu), dan joshi (pertikel). Kosakata dapat juga diklasifikasikan berdasarkan para penuturnya dilihat dari faktor usia, jenis kelamin dan sebagainya. Lalu berdasarkan pekerjaan atau bidang keahliannya di dalam bahasa Jepang terdapat beberapa senmon yoogo(istilah-istilah teknis atau istilah-istilah bidang keahlian) termasuk didalamnya kata-kata yang termasuk bidang kedokteran, pertanian, teknik, perekonomian,