Langsung ke konten utama

Promosi dan Komersialisasi Penggemar Manga (Fandom)

Promosi Diri dan Komersialisasi Diri Penggemar (Fandom) Manga


Manga dan anime yang banyak tersebar di masyarakat hingga kini, bukan hanya sebagai bacaan ringan dan tontonan lagi, tetapi telah menjadi hal yang lebih besar lagi, yang mempengaruhi kehidupan para penggemarnya.

Penggemar membuat dunia sendiri terhadap sesuatu yang mereka kagumi, mereka berinteraksi, mereka menunjukkan apa yang mereka tahu dan miliki untuk menunjukkan bahwa mereka adalah penggemar sejati.

Gary Becker, pemenang Nobel Ekonomi 1992, pernah mencetuskan teori yang disebut rational addiction.

Hal ini terjadi dengan para penggemar manga, penggemar manga yang telah mengenal manga sejak kecil, membaca terus-menerus, akan semakin mencandu bacaan tersebut karena mereka telah terbiasa akan kehadiran manga dalam keseharian mereka sehingga mereka merasa apabila tidak membaca manga maka akan ada yang kurang.

Sehingga mereka akan terus berburu manga yang mereka sukai entah bagaimana caranya, ada yang dengan menabung, bahkan hingga membelinya langsung ke negeri asalnya, Jepang.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Jenkins (dalam Storey, 2006) bahwa aktivitas pembacaan yang dilakukan penggemar adalah sebuah pengembangan “tindakan berburu yang menjadi sebuah seni.”

Mereka berusaha memaknai bacaan yang mereka baca, berpikir tentang dan dan seolah bersedia melakukan apa pun asalkan mereka mendapatkan bacaan yang mereka inginkan, dengan membaca, membeli dan mengoleksi.

Pandangan Masyarakat Umum

Bagi masyarakat umum, perilaku penggemar manga dan anime memang cenderung dianggap berlebihan, bahkan menuju kegilaan.

Tetapi mereka bukan sekedar fans, tetapi fandom. Fandom adalah interaksi social, dimana saling berbagi rasa, membangun identitas social dan melakukan kegiatan-kegiatan secara kolektif.

Mereka tidak sekedar menikmati, tetapi juga mengomentari, ikut berpikir dan bahkan membuat inovasi dalam keseharian mereka. 

Seperti yang dikatakan oleh Evans dalam Trisnawati (2006), Evans menjelaskan bahwa peran pembaca sebagai recreator adalah bahwa seorang pembaca memiliki tugas untuk mencipta ulang karya sastra yang telah dia baca melalui respon atau pendapat yang mereka utarakan.

Fandom Juga Aktif

Para penggemar manga tidak akan hanya membaca atau mengoleksi manga saja, tetapi mereka melakukan kegiatan aktif  yang dapat menunjukkan kegemaran mereka terhadap manga dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Mereka akan ikut berpikir mengenai jalan ceritanya, karakter tokohnya dan akan memberi komentar karena telah terikat secara emosional dengan manga yang mereka baca.

Setelah mereka berkomentar dan berpikir terhadap manga yang mereka baca, mereka akan berimajinasi sesuai imajinasi mereka sendiri.

Bagaimana jika seharusnya karakter yang seharusnya baik menjadi jahat, bagaimana jika alur cerita yang dimana tokoh utamanya mati lalu hidup lagi, dan jika-jika yang lain.

Doujinshi

Dari situlah para penggemar manga akan mulai berkreativitas seperti misalnya membuat doujinshi.

Bukan hanya doujinshi, mereka juga akan berusaha membuat karakter yang lebih baik dari aslinya, mereka dapat memerankan karakter yang mereka sukai, mereka dapat menyanyikan lagu-lagu yang ada di anime, dan masih banyak lagi kegiatan fans sejati.

Kreativitas penggemar sejati diuji tetapi sekaligus dimanjakan dengan banyaknya kegiatan yang marak terjadi di banyak event kebudayaan Jepang.

Tujuan spesifik yang diperjuangkan oleh satu sama lain tentu saja berbeda satu sama lain, karena mereka memiliki keinginan yang berbeda, kemampuan yang berbeda serta lingkungan yang berbeda.

Dan tujuan itu baru dapat tercapai apabila mereka menunjukkan diri pada orang lain agar orang lain bisa menilai diri mereka. Mereka menunjukkan potensi diri mereka pada orang lain agar orang lain tersebut dapat melihat diri mereka seperti apa yang mereka inginkan.

Karena sadar atau tidak sadar, presentasi diri dimaksudkan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga orang lain.

Presentasi diri Fandom

Presentasi diri adalah proses dimana kita mencoba untuk membentuk apa yang orang lain pikirkan tentang kita, dan apa yang kita pikirkan tentang diri kita sendiri.

Oleh karena itu, berbagai cara dilakukan para fandom manga untuk menunjukkan diri mereka pada masyarakat.

Seperti yang dilakukan oleh beberapa informan yang memilih membuat grup band yang beraliran Jepang untuk mendedikasikan kegemaran mereka terhadap Jepang, khususnya soundtrack anime dan lagu-lagu Jepang.

Mereka ingin dilihat masyarakat bahwa mampu bermusik di luar jalur yang ada sekarang, yang sedang booming di masyarakat. Mereka ingin membuktikan bahwa dengan genre musik yang mereka sukai, mereka juga dapat eksis di dunia musik Indonesia.

Kelompok dalam presentasi diri

Pada dasarnya ada dua jenis presentasi diri, pertama yaitu untuk membentuk kesan pada orang lain untuk mendapatkan pengaruh, simpati atau persetujuan secara verbal.

Ada salah satu informan yang banyak memotret cosplayer di berbagai event dan dari berbagai komunitas sehingga dia menancapkan kepercayaan dan simpati pada banyak cosplayer.

Dengan aktivitasnya seperti itu, dia mendapatkan kepercayaan dan dapat menjadi lebih dekat dan akrab dengan para cosplayer sehingga dia bisa merasa bebas mengungkapkan apa saja yang ada di pikirannya pada mereka.

Misalnya saja mengkritik penampilan cosplayer yang dianggapnya buruk, memberikan saran pada mereka hingga memuji apabila penampilan mereka bagus.

Tujuan tampil

Tujuannya agar dia dilihat sebagai orang yang kompeten di bidang cosplay sehingga dia dapat mengungkapkan penilaiannya lebih dalam pada pada para cosplayer.

Hasilnya, dia sering menjadi juri dalam banyak lomba cosplay di Jawa Timur, bukan hanya di Surabaya.

Ada pula orang yang mengendalikan presentasi diri mereka dengan perilaku non verbal (DePaulo, 1992). Presentasi diri tidak hanya dapat dilakukan dengan kata-kata, tetapi juga sikap dan perbuatan yang tersirat sehingga mampu memberi kesan pada orang lain yang melihatnya.

Tentu saja hal ini lebih sulit dilakukan, karena itu artinya harus menjaga sikap mereka di depan orang lain yang mungkin dapat membuat diri mereka sendiri kurang nyaman.

Kuat tidaknya kesan yang ditangkap masyarakat, selain membutuhkan kemampuan yang baik dari orang tersebut, juga membutuhkan kepekaan dari orang lain yang ingin diberinya kesan. Hal ini biasanya terjadi di ajang cosplay.

Para cosplayer sibuk membuat diri mereka semirip mungkin dengan tokoh karakter yang mereka bawakan.

Cosplayer Jaga Image

Banyak cosplayer yang sengaja berdiam diri untuk menjaga image mereka di depan para penonton, ada pula yang bersikap manis terus-menerus agar dibilang moe (imut) oleh penonton, ada pula yang bersikap gagah terus-menerus selama acara berlangsung dengan membusungkan dada, membawa pedang kemana-mana, berjalan lurus dengan pandangan mata yang tajam agar terlihat seperti karakter pahlawan yang diperankannya.

Orang cenderung menggunakan identitas khusus untuk menyajikan sisi diri mereka yang lain dengan orang lain atau dalam situasi tertentu (Leary & Kowalski, 1990).

Dalam presentasi diri, orang cenderung tidak menampilkan diri mereka yang sebenarnya, mereka mengeluarkan sisi diri mereka yang lain, sisi diri mereka yang terbaik yang dapat mereka tampilkan pada orang lain dalam situasi tertentu.

Karena bagi mereka, sisi diri mereka yang sebenarnya hanya dapat dikeluarkan pada saat mereka bersama orang-orang yang benar-benar dekat, bukan terhadap orang luar yang berusaha diberinya suatu kesan tertentu.

Pemberian kesan terhadap orang lain tentu saja tidak ada yang tanpa alasan dan tujuan yang jelas. Mereka memiliki misi, alasan untuk melakukan presentasi diri.

Promosi Diri

Salah satunya adalah promosi diri. Promosi diri adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan tindakan yang dimotivasi oleh keinginan untuk maju dan dihormati untuk kompetensi yang dimiliki seseorang (Arkin, 1981; Jones&Pittman, 1982).

Ketika orang ingin dikagumi karena kompetensi diri mereka, mereka coba mengesankan orang lain dengan berbicara mengenai diri mereka sendiri, memamerkan pengetahuan serta status mereka.

Mereka mengeluarkan kemampuan terbaik mereka untuk itu agar orang lain dapat melihat bahkan mengakui kemampuan mereka.

Tetapi dalam penelitian ini, tidak ada satu pun yang memamerkan kemampuan mereka hanya dengan bicara, mereka membuktikan kemampuan yang mereka miliki dengan perbuatan, memamerkan kemampuan mereka secara langsung pada orang lain.

Peran Informan

Ada informan yang menunjukkan langsung kemampuan dirinya di depan teman-temannya karena temannya banyak yang tidak percaya bahwa dia bisa menggambar dengan baik sehingga dia harus menunjukkan kemampuannya langsung.

Dia menggambar di depan teman-temannya sehingga teman-temannya percaya bahkan kagum akan kemampuan yang dimilikinya.

Ada pula informan yang membuktikan kemampuannya dengan mengikuti sekolah menggambar komik yang cukup ternama di Surabaya dan menorehkan berbagai macam prestasi melalui beragam kompetisi yang diikutinya.

Alasan lain untuk melakukan presentasi diri adalah verifikasi diri. Verifikasi diri adalah keinginan agar orang lain memandang kita sebagaimana kita memandang diri kita sendiri.

Orang sangat ingin agar orang lain melihat apa yang dimilikinya, mereka sangat termotivasi untuk memverifikasi konsep diri mereka di mata orang lain (Swann, 1987).

Selama proses wawancara, rata-rata informan berusaha meverifikasikan diri mereka pada peneliti.

Agar terekspose

Mereka menjelaskan kemampuan yang mereka miliki, menjabarkan dengan hati-hati agar yang paling banyak terekspose adalah kemampuan diri mereka, bahwa mereka percaya dengan kemampuan dan diri mereka sendiri, sehingga terkadang terkesan defensive karena mereka tidak ingin merusak citra yang mereka bangun selama ini.

Mereka ingin agar orang lain melihat apa yang mereka lihat pada diri mereka, tidak hanya kemampuan, tetapi bahkan kepribadian mereka yang menonjol.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah seorang cosplayer ternama yang menjadi subyek penelitian bahwa ia sebagai seorang seniman ingin mendapatkan pengakuan dari orang lain mengenai hasil karya yang dihasilkannya.

Verifikasi diri

Dia berusaha memverifikasikan dirinya pada masyarakat dengan memamerkan karyanya dan mengikuti berbagai kegiatan yang dia merasa memiliki kemampuan lebih untuk melakukannya, dalam hal ini adalah acting dan menggambar. Dia ingin dilihat masyarakat sebagai cosplayer dan drawer yang berkemampuan tinggi.

Verifikasi diri ini juga berlaku dalam seorang individu pada sebuah komunitas. Dalam komunitas, tentu saja tiap individu tidak dapat tidak berinteraksi dengan individu lainnya.

Sebenarnya dalam mengikuti komunitas, kemampuan presentasi diri mereka diuji lebih dalam, terutama dalam proses verifikasi diri.

Karena mereka tidak hanya perlu membuktikan pada masyarakat mengenai diri mereka, tetapi mereka harus membuktikan diri mereka terlebih dulu dalam komunitas.

Ketika komentar yang mereka dapat dari individu lain dalam komunitas sesuai dengan konsep diri mereka, maka hal tersebut akan diterima.

Tetapi ketika komentar tersebut bertentangan dengan konsep diri mereka, mereka akan memutuskan keluar dari komunitas untuk hanya sekedar membuktikan pendapat mereka salah (Swann&Hill, 1982).

Kenapa Keluar dari Komunitas Cosplay?

Hal ini banyak terjadi pada anggota Cosura yang keluar dari komunitas tersebut karena merasa tidak cocok dengan proses verifikasi diri yang ingin mereka capai saat itu dan kedepannya.

Apabila ada yang merasa tidak cocok dalam suatu komunitas, maka tentu saja ada yang merasa cocok dengan suatu komunitas sehingga dia mampu menjadi dominan dalam komunitas tersebut.

Menjadi dominan dalam suatu komunitas tidak datang secara tiba-tiba tetapi perlu usaha yang keras dan lama untuk mencapainya.

Seperti salah satu informan yang menjadi subber dan dubber ternama dengan pengalamannya selama 5 tahun dalam komunitas online, dia menjadi banyak moderator situs online dan menjadi ketua Komunitas Anime Indonesia.

Self Presention Cosplayer

Selain untuk promosi diri dan verifikasi, ternyata self presention digunakan pula sebagai ajang komersialisasi diri para penggemar manga.

Hal ini seperti yang diakui oleh beberapa informan bahwa tujuan mereka adalah mencari keuntungan secara financial dari kegiatan yang mereka lakukan.

Mereka tidak sekedar cosplay atau menggambar atau bermusik saja, tetapi mereka sengaja menunjukkan kemampuan yang terbaik dari diri mereka agar orang lain mengetahui bakat mereka, mengakui bakat mereka, lalu orang lain pun memandang mereka sebagai sebuah aset berharga.

Mereka menjadikan kemampuan mereka sebagai sesuatu yang menghasilkan, bahkan mata pencaharian. Banyak daripara informan yang menjadi fotografer handal, musisi handal, penggambar handal dan model yang handal.

Gemar Manga 

Kegemaran terhadap manga ternyata memiliki dampak yang cukup besar bagi kehidupan para penggemarnya, tidak hanya dari keseharian yang mengkonsumsi manga dan perkembangannya saja, tetapi mereka juga mengembangkan kreativitas yang mereka miliki untuk menunjukkan kegemaran mereka terhadap manga.

Kreativitas tersebut datang dari kegemaran yang muncul dari kemampuan dan imajinasi para penggemar manga.

Kreativitas tersebut lalu memunculkan kegiatan-kegiatan yang bagi orang lain merupakan kegiatan yang aneh, tetapi bagi para penggemar itu sendiri, kegiatan mereka adalah kegiatan yang wajib dan perlu mereka lakukan.

Kegiatan aktualisasi diri yang dilakukan oleh para penggemar manga memang memiliki tujuan yang berbeda-beda setiap orangnya. Ada yang ingin agar orang mengakui kemampuannya, dan ada pula yang ingin mendapatkan keuntungan financial. Keep visit nihongo-gakka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sintaksis dalam Bahasa Jepang

Tinjauan Umum Terhadap Sintaksis Sintaksis  adalah  bidang  tataran  linguistik  yang  secara  tradisional  disebut  tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattiein yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan   bersama   kata-kata   menjadi   kelompok   kata  atau  kalimat.  Arifin (2008:1-2) mengemukakan sintaksis sebagai cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa dan kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya rumah mewah. Frasa membicarakan hubungan antara sebuah kata dan kata yang lain. Pada contoh tersebut, baik rumah maupun  mewah,  tidak  satu  pun  yang  berfungsi  sebagai  predikat. Klausa  adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah predikat, dan berpotensi menjadi kalimat.

Teori Konsep Kanji dalam Bahasa Jepang

Teori Konsep Kanji Huruf kanji 「漢字」 adalah huruf yang di buat di China lebih dari 3000 tahun yang lalu. Huruf kanji disampaikan ke Jepang kira-kira pada abad 4 pada waktu negeri China merupakan zaman Kan. Oleh sebab itulah maka huruf tersebut dinamakan kanji yang berarti huruf negri Kan. (Iwabuchi, 1989, hal.63). Huruf kanji  mula-mula dari bentuk suatu benda kemudian dipresentasikan ke dalam bentuk tulisan sehingga bisa di baca. Seperti beberapa contoh karakter huruf Kanji yang ada di bawah ini, huruf berangsur-angsur berubah ke bentuk yang lebih sederhana dan mudah di tulis. Sehingga menjadi huruf Kanji yang kita gunakan sampai sekarang. Pengertian kanji menurut (Takebe, 1993, hal.4) adalah : 漢字は意味を表します。漢字はその意味をその読み方がわかります。漢字の「口」の元は、くちの絵でした Terjemahan : Kanji mengekspresikan arti. Dalam kanji, mengerti cara bacanya melalui arti dari kanji tersebut. Bentuk asli dari kanji kuchi「口」merupakan gambar dari bentuk mulut. Konsep Kanji Huruf kanji merupakan salah satu asp

Semantik Bahasa Jepang

Dalam kajian ini akan mengulas tentang teori-teori yang semantik bahasa jepang. Dalam teori semantik memiliki makna denotatif dan konotatif. Teori Semantik Bahasa Jepang Menurut (Chaer, 2009, hal.2) kata semantik berasal dari bahasa Yunani, sema, yang berarti “tanda” atau “lambang”, yang dimaksud dengan tanda di sini adalah tanda linguistik. Oleh karena itu semantik merupakan ilmu linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Semantik sebagai pelafalan dari istilah “la semantique” adalah salah satu ilmu dan analisis tentang makna linguistik (Parera, 2004, hal.42). Untuk pembagian semantik ke dalam ilmu bahasa, ahli semantik (Ikegami,       1991, hal.19) juga mengatakan, 言語における意味の問題は、当然言語学の一部門として意味論の対象になる。意味論は、特に区別されるときは「言語学的な意味論」(linguistic semantics)、「哲学的な意味論」(philosophical semantics)、 「一般意味論」(general semantics)というふうにそれぞれ呼ばれるが、多くはいずれの場合対しても「意味論」という名称使われる。 Terjemahan : Permasalahan arti dalam bahasa yang menjadi objek semantik adalah salah satu bagian dalam ilm

Goi dalam Bahasa Jepang

Jenis Jenis Goi Sudjianto dan Dahidi(2007:98) ) dalam Pengantar Linguistik Bahasa Jepang menjelaskan bahwa : Kosakata atau goi dapat diklasifikasikan berdasrkan pada cara-cara, standar atau sudut pandang apa kita melihatnya. Misalnya berdasarkan karakteristik gramatikalnya terdapat kata-kata yang tergolong doushi (verba), i-keiyoushi atau ada yang menyebutnya keiyoushi (ajektiva i), na-keiyoushi atau ada yang menyebutnya keiyoudoushi (ajektiva na). meishi (nomina), rentaishi (prenomina), fukushi (adverbia), kandoushi (interjeksi), setsuzokushi (konjungsi), jodoushi (verba bantu), dan joshi (pertikel). Kosakata dapat juga diklasifikasikan berdasarkan para penuturnya dilihat dari faktor usia, jenis kelamin dan sebagainya. Lalu berdasarkan pekerjaan atau bidang keahliannya di dalam bahasa Jepang terdapat beberapa senmon yoogo(istilah-istilah teknis atau istilah-istilah bidang keahlian) termasuk didalamnya kata-kata yang termasuk bidang kedokteran, pertanian, teknik, perekonomian,