Berdasar teori yang penulis kutip dari wikipedia, kosakata dapat didefinisikan sebagai “himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu”.
Sedangkan Menurut Soedjito dalam Turanita, kosakata dapat didefiniskan sebagai berikut :
Kata sendiri Menurut Bloomfield dalam Alwasilah(1993:120) bisa diberi definisi sebagai ‘kesatuan linguistik yang tidak memungkinkan penyisipan materi linguistik apapun. Dengan kata lain, kata adalah kesatuan terkecil dari ujaran yang bisa berdiri sendiri’.
Kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung pada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Paparan sebelumnya menunjukkan bahwa dengan adanya penguasaan kosakata yang memadai akan dapat meningkatkan kualitas seseorang dalam menyikapi bahasa.
Hal itu selaras dengan pandangan Dale dalam Tarigan yang memberikan pandangan tentang pentingnya memahami kosa kata sebagai berikut:
Pada kelas awal pembelajaran bahasa asing, pembelajaran dimulai dengan pengenalan kosakata dasar, agar mempermudah mahasiswa mempelajari bahasa yang sedang dipelajarinya, karena dikenalkan dengan kata-kata sederhana dari lingkungan sekitar dirinya.
Menurut Tarigan “kosakata dasar atau basic vocabulary adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain”(1985:3).
Tarigan kemudian memaparkan bahwa yang termasuk kedalam kosakata dasar ini, antara lain :
Menurut teori, dengan menguasai kosakata yang memadai diharapkan dapat mencapai hal berikut :
Kosakata dalam bahasa Jepang disebut Goi. Dalam kamus bahasa Jepang-Indonesia Kenji Matsuura, yang dinamakan Goi adalah perbendaharaan kata-kata dan daftar kosakata.
Sudjianto dan Dahidi memberikan definisi Goi sebagai “kumpulan kata yang berhubungan dengan suatu bahasa atau dengan bidang tertentu dalam bahasa itu”(2007:98).
Sependapat dengan teori yang telah penulis paparkan sebelumnya, Sudijianto dan Dahidi mengemukakan bahwa “Goi merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi dengan bahasa Jepang baik dalam ragam lisan maupun ragam tulisan”(2007:97).
Asano Yuriko dalam Sudjianto dan Dahidi(2007:97) menyebutkan bahwa : tujuan akhir pangajaran bahasa Jepang adalah agar para pembelajar dapat mengkomunikasikan ide ataupun gagasannya dengan menggunakan bahasa Jepang baik dengan cara lisan maupun tulisan, salah satu faktor penunjangnya adalah penguasaan goi yang memadai. Keep touch nihongo-gakka.
Sedangkan Menurut Soedjito dalam Turanita, kosakata dapat didefiniskan sebagai berikut :
- Semua kata yang terdapat dalam satu bahasa
- Kekayaan kata yang dimiliki oleh seseorang
- Kata yang dipakai dalam satu bidang ilmu pengetahuan
- daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan singkat dan praktis(2004)
Kata sendiri Menurut Bloomfield dalam Alwasilah(1993:120) bisa diberi definisi sebagai ‘kesatuan linguistik yang tidak memungkinkan penyisipan materi linguistik apapun. Dengan kata lain, kata adalah kesatuan terkecil dari ujaran yang bisa berdiri sendiri’.
Kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung pada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Paparan sebelumnya menunjukkan bahwa dengan adanya penguasaan kosakata yang memadai akan dapat meningkatkan kualitas seseorang dalam menyikapi bahasa.
Hal itu selaras dengan pandangan Dale dalam Tarigan yang memberikan pandangan tentang pentingnya memahami kosa kata sebagai berikut:
- Kuantitas dan kualitas penguasaan kosakata seseorang merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya
- Perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual
- Semua pendidikan pada prinsipnya merupakan pengembangan kosakata
- Program yang sistematis bagi pengembangan kosakata akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kemampuan, dan status sosial
- Faktor geografis mempengaruhi perkembangan kosakata
- Penelaahan kosakata yang efektif hendaknya beranjak dari kata-kata yang sudah diketahui menuju kata-kata yang belum atau tidak diketahui. (1985:3)
Pada kelas awal pembelajaran bahasa asing, pembelajaran dimulai dengan pengenalan kosakata dasar, agar mempermudah mahasiswa mempelajari bahasa yang sedang dipelajarinya, karena dikenalkan dengan kata-kata sederhana dari lingkungan sekitar dirinya.
Menurut Tarigan “kosakata dasar atau basic vocabulary adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain”(1985:3).
Tarigan kemudian memaparkan bahwa yang termasuk kedalam kosakata dasar ini, antara lain :
- Istilah kekerabatan : misalnya ayah, ibu, kakak, adik, nenek, kakek, bibi, paman, dll
- Nama bagian tubuh : misalnya kepala, rambut, hidung, telinga, pipi, gigi, kaki, tangan, dll
- Kata ganti (diri, penunjuk) : misalnya saya, kamu, dia, kami, mereka, ini, itu, sini, sana, dll
- Kata bilangan pokok : misalnya satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, dua puluh, seratus, dua ratus, seribu, dua ribu, sepuluh ribu, dll
- Kata kerja pokok : misalnya makan, minum, tidur, bangun, berbicara, melihat, mendengar, berjalan, lari, bekerja dll
- Kata keadaan pokok : misalnya suka, duka, jauh, dekat, cepat, lambat, kaya, miskin, tua, muda dll
- Benda-benda universal : misalnya tanah, air, api, langit, bulan, bintang, matahari, binatang, tumbuh-tumbuhan, dll(1985:3)
Menurut teori, dengan menguasai kosakata yang memadai diharapkan dapat mencapai hal berikut :
- Meningkatkan kemampuan para siswa
- Meningkatkan taraf perkembangan konseptual para siswa, dan
- Mempertajam proses berfikir
Definisi Kosakata Bahasa Jepang
Kosakata dalam bahasa Jepang disebut Goi. Dalam kamus bahasa Jepang-Indonesia Kenji Matsuura, yang dinamakan Goi adalah perbendaharaan kata-kata dan daftar kosakata.
Sudjianto dan Dahidi memberikan definisi Goi sebagai “kumpulan kata yang berhubungan dengan suatu bahasa atau dengan bidang tertentu dalam bahasa itu”(2007:98).
Sependapat dengan teori yang telah penulis paparkan sebelumnya, Sudijianto dan Dahidi mengemukakan bahwa “Goi merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi dengan bahasa Jepang baik dalam ragam lisan maupun ragam tulisan”(2007:97).
Asano Yuriko dalam Sudjianto dan Dahidi(2007:97) menyebutkan bahwa : tujuan akhir pangajaran bahasa Jepang adalah agar para pembelajar dapat mengkomunikasikan ide ataupun gagasannya dengan menggunakan bahasa Jepang baik dengan cara lisan maupun tulisan, salah satu faktor penunjangnya adalah penguasaan goi yang memadai. Keep touch nihongo-gakka.
Komentar
Posting Komentar