Langsung ke konten utama

Model Fungsional Dalam Sosiolinguistik

Sebelum kita mengenal atau mendeskripsikan lebih jauh mengenai model-model yang terdapat dalam sosiolinguistik, hendaknya kita lebih mengerti terlebih dahulu definisi dari model itu sendiri.

Model adalah Suatu representasi yang disederhanakan atau diidealkan terhadap sesuatu yang dianggap relevan dari system atau realita yang akan dideskripsikan.

Dalam bidang sosial, model terbagi atas

  • model yang melukiskan sifat atau gejala tanpa mendeskripsikan huibungan antargejal tersebut, 
  • model yang melukiskan hubungan antargejala. 


Namun model tersebut juga memiliki beberapa kelemahan, yakni :

  • terlalu banyak memberi tekanan kepada simbol sehingga seringkali tidak dapat menggambarkan suatu gejala dengan akurat, terutama dalam bidang kajian humaniora, 
  • terlalu mementingkan bentuk dan keajegan, simplifikasi, dan menggambarkan gejala hanya sebagai peta sehingga cenderung gambaran yang diperoleh tidak tepat atau tidak akurat baik perihal konsep-konsep maupun hubungan antar konsep yang digambarkannya. 


Jenis Model

Jenis model berdasarkan fungsinya dibagi atas tiga tipe (deskriptif,prediktif dan normatif), berdasar ciri strukturnya (ikonik, analog dan simbolik), berdasar ciri waktu (statik dan dinamik), berdasar ciri pasti-tidak pasti (deterministik,probabilistik, dan tipe permainan) berdasar ciri umum-khusus (umum dan khusus), serta model cara lain yakni (fisik, semantik, dan model interpretatif).

Model bahasa cenderung bertipe simbolik sehingga lebih kearah abstrak, selain itu model bahasa juga cenderung memanfaatkan bukti-bukti isomorfomis sehingga memudahkan pengkaji bahasa untuk memanipulasi variabel-variabel serta merevisi model itu sendiri.

Dalam ilmu sosiolinguistik kajian bahasa cenderung mengarah pada perangkat tingkah lau oleh karena itu, Samsuri mengidentifikasi kartekteristik model dengan tiga kategori dasar yakni definisi bahasa, semestaan bahasa dan tingkat-tingkat keilmubahasaan.

Model dalam Yunani Kuno

Model tradisional berkembang pada saat fisofof Yunani kuno. Menurut mereka, bahasa adalah tanda pikiran dan gagasaan, sedangkan kemestaan bahasa tidak terstruktur pada zaman ini, semua gagasan tentang bahasa haruslah taat pada azaz dan menyesuaikan diri dengan apa saja yang terdapat dalam bahasa Yunani kuno tersebut.

Tingkat-tingkat keilmubahasaan terbatas pada tulisan, morfologi dan sintaksis. Model struktural berkembang karena adanya buku karangan Ferdinand de Saussure.

Model ini menganggap bahasa adalah sebagai suatu lambang yang arbriter yang dipakai untuk menyatakan pikiran, perasaan dan keinginan untuk berinteraksi dan berkooperasi.

Model transformasi menganggap bahasa adalah susunan unsur-unsur yang terbatas jumlahnya yang penyusunannya diatur oleh kaidah-kaidah yang terbatas pula jumlahnya, menjadi kalimat-kalimat yang secara teoritis dan praktis terbatas jumlahnya.

Model menurut Shanon

Model teori informasi digagas oleh Shanon dimana ia menjelaskan mengenai adanya repertoire (gangguan) bahasa dalam proses komunikasi. Selanjutnya ia membagi repertoire itu menjadi repertoire umum (linguistik) dan individual (nonlinguistik).

Model Antropologis mengkaji hubungan antara bahasa dengan kebudayaan. Sapir menangkap bahwa dunia nyata dalam banyak hal memang dibentuk secara tidak sadar oleh kebiasaan bahasa yang ada dalam suatu kelompok tersebut.

Selanjutnya Sapir menjelaskan bahwa bahasa adalah metode mengkomunikasikan gagasan-gagasan, emosi serta keinginan yang bersifat manusiawi murni dan non-instingtif dengan menggunakan sistem simbol-simbol yang dihasilkan secara sukarela.

Model Sosiologis dan Psikologis

Pada model sosialogis dijelaskan bahwa struktur sosial, peran dan kode hadir bersama-sama dalam peristiwa komunikasi yang dapat berubah baik sesuai dengan masyarakatnya, interaksi sosialnya, maupun linguistiknya.

Sedangkan model psikologis lebih mengacu mengenai tingkah laku individu di dalam atau di antara struktur-struktur sosial serta pada saat individu itu menjadi partisipan proses sosial.

Beberapa temuan model fungsional diantaranya model Bright, kekomplekan pengembangan model ini menuntut kreativitas untuk mengisi karakteristik identitas pembicara, mitra tutur dan latar peristiwa tutur.

Model Brown dan Gilman ini dipakai untuk mengkaji kata ganti kedua dalam sekelompok bahasa di Eropa. Latar belakang yang sebagai penghubung dari penggunaan kedua kata ganti tersebut ialah hubungan kekuasaan dan keakraban.

Keduanya bersumber dari realitas psikososial yang terdapat dalam suatu masyarakat. Model Ervin-Tripp menerapkan kaidah alternasi (pemilihan variasi atau bentuk bahasa dalam bertutur), kaidah kookurensi (kaidah yang mengatur pemakaian variasi bentuk bahasa), dan kaidah sekuensi (kaidah urutan yang mengatur giliran bertutur dalam suatu peristiwa tutur tertentu).

Hymes menganggap adanya komponen tutur yang mempengaruhi peristiwa tutur yakni setting, paticipants, end, act sequences, keys, intrumentalities, norms dan genre.

Model Speaking

Model SPEAKING ini berguna untuk memerikan gejala-gejala bahasa seperti alih kode, interferensi, undausuk, gejala bilingualisme. Model Fishman lebih fokus terhadap lingkungan , lingkungan diartikan sebagai konteks institusional.

Penggunaan bahasa yang sesuai dengan mkkonteks institusional disebut kongruen, sedangkjan penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan konteks institusional disebut inkongruen. Kontruk sosial dapat diabstraksikan dari berbagai konteks yakni topik, hubungan antarpenutur-mitratutur dan lokasi.

Model Bernstein

Model Bernstein menggambarkan hubungan antara tatanan simbolik khususnya sistem tutur, dengan struktur sosial pada anak-anak kelas pekerja dan anak-anak kelas menengah. Selanjutnya Bernstein membedakan antara tutur terbatas dengan tutur terjabar.

Sifat tutur terbatas cenderung tertutup, sehingga anak-anak dapat mengekspresikan ide dengan mengandalkan pada unsur suprasegmental seperti intonasi, metafora dan paralingua, sedangkan tutur terjabar lebih terbuka. Pengambilan keputusan keluarga berorientasi pada posisi dan pribadi. Sedangkan cara pengontrolannya dapat berupa modus perintah atau modus himbauan.

Demikian sekelumit bahasan tentang model fungsional dalam sosiolinguistik. Mudah-mudahan memberi manfaat. Terima kasih telah singgah di nihongo-gakka.

Komentar

  1. Sands Casino | SG Casino
    In 1999, Sands 온카지노 Gaming Corporation and Golden Nugget acquired Golden youtube to mp3 Nugget Casino in Everett. In 샌즈카지노 2010, Sands purchased Sands Casino, which opened a new  Rating: 4.2 · ‎31 votes

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sintaksis dalam Bahasa Jepang

Tinjauan Umum Terhadap Sintaksis Sintaksis  adalah  bidang  tataran  linguistik  yang  secara  tradisional  disebut  tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattiein yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan   bersama   kata-kata   menjadi   kelompok   kata  atau  kalimat.  Arifin (2008:1-2) mengemukakan sintaksis sebagai cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa dan kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya rumah mewah. Frasa membicarakan hubungan antara sebuah kata dan kata yang lain. Pada contoh tersebut, baik rumah maupun  mewah,  tidak  satu  pun  yang  berfungsi  sebagai  predikat. Klausa  adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah predikat, dan berpotensi menjadi kalimat.

Teori Konsep Kanji dalam Bahasa Jepang

Teori Konsep Kanji Huruf kanji 「漢字」 adalah huruf yang di buat di China lebih dari 3000 tahun yang lalu. Huruf kanji disampaikan ke Jepang kira-kira pada abad 4 pada waktu negeri China merupakan zaman Kan. Oleh sebab itulah maka huruf tersebut dinamakan kanji yang berarti huruf negri Kan. (Iwabuchi, 1989, hal.63). Huruf kanji  mula-mula dari bentuk suatu benda kemudian dipresentasikan ke dalam bentuk tulisan sehingga bisa di baca. Seperti beberapa contoh karakter huruf Kanji yang ada di bawah ini, huruf berangsur-angsur berubah ke bentuk yang lebih sederhana dan mudah di tulis. Sehingga menjadi huruf Kanji yang kita gunakan sampai sekarang. Pengertian kanji menurut (Takebe, 1993, hal.4) adalah : 漢字は意味を表します。漢字はその意味をその読み方がわかります。漢字の「口」の元は、くちの絵でした Terjemahan : Kanji mengekspresikan arti. Dalam kanji, mengerti cara bacanya melalui arti dari kanji tersebut. Bentuk asli dari kanji kuchi「口」merupakan gambar dari bentuk mulut. Konsep Kanji Huruf kanji merupakan salah satu asp

Semantik Bahasa Jepang

Dalam kajian ini akan mengulas tentang teori-teori yang semantik bahasa jepang. Dalam teori semantik memiliki makna denotatif dan konotatif. Teori Semantik Bahasa Jepang Menurut (Chaer, 2009, hal.2) kata semantik berasal dari bahasa Yunani, sema, yang berarti “tanda” atau “lambang”, yang dimaksud dengan tanda di sini adalah tanda linguistik. Oleh karena itu semantik merupakan ilmu linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Semantik sebagai pelafalan dari istilah “la semantique” adalah salah satu ilmu dan analisis tentang makna linguistik (Parera, 2004, hal.42). Untuk pembagian semantik ke dalam ilmu bahasa, ahli semantik (Ikegami,       1991, hal.19) juga mengatakan, 言語における意味の問題は、当然言語学の一部門として意味論の対象になる。意味論は、特に区別されるときは「言語学的な意味論」(linguistic semantics)、「哲学的な意味論」(philosophical semantics)、 「一般意味論」(general semantics)というふうにそれぞれ呼ばれるが、多くはいずれの場合対しても「意味論」という名称使われる。 Terjemahan : Permasalahan arti dalam bahasa yang menjadi objek semantik adalah salah satu bagian dalam ilm

Goi dalam Bahasa Jepang

Jenis Jenis Goi Sudjianto dan Dahidi(2007:98) ) dalam Pengantar Linguistik Bahasa Jepang menjelaskan bahwa : Kosakata atau goi dapat diklasifikasikan berdasrkan pada cara-cara, standar atau sudut pandang apa kita melihatnya. Misalnya berdasarkan karakteristik gramatikalnya terdapat kata-kata yang tergolong doushi (verba), i-keiyoushi atau ada yang menyebutnya keiyoushi (ajektiva i), na-keiyoushi atau ada yang menyebutnya keiyoudoushi (ajektiva na). meishi (nomina), rentaishi (prenomina), fukushi (adverbia), kandoushi (interjeksi), setsuzokushi (konjungsi), jodoushi (verba bantu), dan joshi (pertikel). Kosakata dapat juga diklasifikasikan berdasarkan para penuturnya dilihat dari faktor usia, jenis kelamin dan sebagainya. Lalu berdasarkan pekerjaan atau bidang keahliannya di dalam bahasa Jepang terdapat beberapa senmon yoogo(istilah-istilah teknis atau istilah-istilah bidang keahlian) termasuk didalamnya kata-kata yang termasuk bidang kedokteran, pertanian, teknik, perekonomian,