Langsung ke konten utama

Pemerolehan Bahasa

Pemerolehan Bahasa


Menurut Tarigan dan Tarigan dalam Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa :

Pemerolehan bahasa atau language acquisition biasanya diikuti oleh kata pertama dan kedua, sehingga kita kenal istilah pemerolehan bahasa pertama(PB1) atau first language acquisition dan pemerolehan bahasa kedua(PB2) atau second language acquisition.(1995:4)

Pemerolehan bahasa pertama berkaitan dengan segala aktifitas seseorang dalam menguasai bahasa ibunya, sedangkan pemerolehan bahasa kedua berlangsung setelah seseorang menguasai atau mempelajari bahasa pertama. Jalur kegiatannya dapat melalui pendidikan informal(alamiah) maupun pendidikan formal(ilmiah).

Tarigan dan Tarigan lalu menambahkan bahwa “pengajaran bahasa secara alamiah disebut pemerolehan bahasa(language acquisition) dan pengajaran bahasa secara ilmiah disebut pembelajaran bahasa(language learning)”.(1995:5)

Belajar secara formal didasarkan pada perencanaan yang matang, disengaja dan disadari(umumnya bahasa yang dipelajari di sekolah atau bahasa asing). Sedangkan, belajar informal yaitu tidak berencana, kebetulan, tidak disengaja dan tidak disadari.

Pemerolehan bahasa kedua sebenarnya mengacu kepada semua aspek bahasa yang sepantasnya dikuasai oleh seorang pelajar.

Lebih lanjut Tarigan dan Tarigan menjelaskan bahwa “pemerolehan bahasa kedua adalah proses yang disadari atau tidak disadari dalam mempelajari bahasa kedua setelah seseorang menguasai bahasa ibunya, baik secara alamiah maupun ilmiah”(1995:6).

Pembelajaran ini dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor utama yang berkaitan erat dengan pemerolehan bahasa asing adalah bahasa pembelajar, faktor eksternal pembelajar, faktor internal pembelajar, dan pembelajar sebagai individu.

Faktor di luar ataupun di dalam pembelajar sendiri adalah aspek yang tidak kalah pentingnya untuk dapat memahami pemerolehan bahasa. Faktor di luar pembelajar misalnya adalah lingkungan dan interaksi.

Dua faktor ini sangat mempengaruhi perkembangan pemerolehan bahasa. Sedangkan faktor internal dari pembelajar diantaranya adalah pengaruh dari bahasa pertama atau bahasa lain.

Faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah pembelajar sendiri sebagai seorang individu. Setiap pembelajar tentu mempunyai perbedaan dengan pembelajar lain.

Mereka mempunyai strategi pembelajaran yang berbeda.

Dimensi Pemerolehan Bahasa

Menurut Klien dalam Sudipa ada enam dimensi dalam pemerolehan Bahasa kedua yakni:

1. Propensity, 

faktor pertama yang perlu diperhitungkan demi keberhasilan pembelajaran itu adalah, apakah ada semacam desakan (desakan dari dalam atau luar) pembelajar, dikenal dengan propensity.

2. Language Faculty, 

menurut Ferdinand de Saussure setiap orang memiliki kapasitas alami untuk memproses bahasa, baik sebagai pembicara maupun pendengar, Kapasitas itu sendiri disebut faculte du langage

3. Access, 

proses pemerolehan bahasa tidak pernah akan bisa berjalan kalau tidak ada peluang bagi kemampuan yang dimiliki orang

4. Structure, 

struktur yang dimaksud di sini adalah ciri-ciri umum bahasa dengan berbagai perkecualian apabila dipakai dalam berkomunikasi.

5. Tempo, 

keempat dimensi di depan sangat berpengaruh terhadap cepat atau lambannya proses ini terwujud. Desakan kebutuhan komunikatif berakselerasi dengan kemajuan setiap orang atau sebaliknya. Cepat atau lambannya proses Pemerolehan Bahasa ada juga disebabkan oleh daya ingat seseorang

6. End-state, 

idealnya tahap ini seharusnya menandakan penguasaan sempurna terhadap bahasa. Perlu diingat bahwa istilah bahasa mengandung kenyataan yang terdiri atas berbagai varian, seperti dialek, sosiolek, register dan aspek lainnya. Diakui bahwa tidak ada seorang anak manusia menguasai semua varian ini dengan efektif, bahkan penutur asli sekali pun.

Keep touch nihongo-gakka.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sintaksis dalam Bahasa Jepang

Tinjauan Umum Terhadap Sintaksis Sintaksis  adalah  bidang  tataran  linguistik  yang  secara  tradisional  disebut  tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattiein yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan   bersama   kata-kata   menjadi   kelompok   kata  atau  kalimat.  Arifin (2008:1-2) mengemukakan sintaksis sebagai cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa dan kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya rumah mewah. Frasa membicarakan hubungan antara sebuah kata dan kata yang lain. Pada contoh tersebut, baik rumah maupun  mewah,  tidak  satu  pun  yang  berfungsi  sebagai  predikat. Klausa  adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah predikat, dan berpotensi menjadi kalimat.

Teori Konsep Kanji dalam Bahasa Jepang

Teori Konsep Kanji Huruf kanji 「漢字」 adalah huruf yang di buat di China lebih dari 3000 tahun yang lalu. Huruf kanji disampaikan ke Jepang kira-kira pada abad 4 pada waktu negeri China merupakan zaman Kan. Oleh sebab itulah maka huruf tersebut dinamakan kanji yang berarti huruf negri Kan. (Iwabuchi, 1989, hal.63). Huruf kanji  mula-mula dari bentuk suatu benda kemudian dipresentasikan ke dalam bentuk tulisan sehingga bisa di baca. Seperti beberapa contoh karakter huruf Kanji yang ada di bawah ini, huruf berangsur-angsur berubah ke bentuk yang lebih sederhana dan mudah di tulis. Sehingga menjadi huruf Kanji yang kita gunakan sampai sekarang. Pengertian kanji menurut (Takebe, 1993, hal.4) adalah : 漢字は意味を表します。漢字はその意味をその読み方がわかります。漢字の「口」の元は、くちの絵でした Terjemahan : Kanji mengekspresikan arti. Dalam kanji, mengerti cara bacanya melalui arti dari kanji tersebut. Bentuk asli dari kanji kuchi「口」merupakan gambar dari bentuk mulut. Konsep Kanji Huruf kanji merupakan salah satu asp

Semantik Bahasa Jepang

Dalam kajian ini akan mengulas tentang teori-teori yang semantik bahasa jepang. Dalam teori semantik memiliki makna denotatif dan konotatif. Teori Semantik Bahasa Jepang Menurut (Chaer, 2009, hal.2) kata semantik berasal dari bahasa Yunani, sema, yang berarti “tanda” atau “lambang”, yang dimaksud dengan tanda di sini adalah tanda linguistik. Oleh karena itu semantik merupakan ilmu linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Semantik sebagai pelafalan dari istilah “la semantique” adalah salah satu ilmu dan analisis tentang makna linguistik (Parera, 2004, hal.42). Untuk pembagian semantik ke dalam ilmu bahasa, ahli semantik (Ikegami,       1991, hal.19) juga mengatakan, 言語における意味の問題は、当然言語学の一部門として意味論の対象になる。意味論は、特に区別されるときは「言語学的な意味論」(linguistic semantics)、「哲学的な意味論」(philosophical semantics)、 「一般意味論」(general semantics)というふうにそれぞれ呼ばれるが、多くはいずれの場合対しても「意味論」という名称使われる。 Terjemahan : Permasalahan arti dalam bahasa yang menjadi objek semantik adalah salah satu bagian dalam ilm

Goi dalam Bahasa Jepang

Jenis Jenis Goi Sudjianto dan Dahidi(2007:98) ) dalam Pengantar Linguistik Bahasa Jepang menjelaskan bahwa : Kosakata atau goi dapat diklasifikasikan berdasrkan pada cara-cara, standar atau sudut pandang apa kita melihatnya. Misalnya berdasarkan karakteristik gramatikalnya terdapat kata-kata yang tergolong doushi (verba), i-keiyoushi atau ada yang menyebutnya keiyoushi (ajektiva i), na-keiyoushi atau ada yang menyebutnya keiyoudoushi (ajektiva na). meishi (nomina), rentaishi (prenomina), fukushi (adverbia), kandoushi (interjeksi), setsuzokushi (konjungsi), jodoushi (verba bantu), dan joshi (pertikel). Kosakata dapat juga diklasifikasikan berdasarkan para penuturnya dilihat dari faktor usia, jenis kelamin dan sebagainya. Lalu berdasarkan pekerjaan atau bidang keahliannya di dalam bahasa Jepang terdapat beberapa senmon yoogo(istilah-istilah teknis atau istilah-istilah bidang keahlian) termasuk didalamnya kata-kata yang termasuk bidang kedokteran, pertanian, teknik, perekonomian,