Langsung ke konten utama

Teori Menyimak dalam Bahasa Jepang

Definisi Menyimak

Menyimak adalah proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran. Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa disamping membaca, berbicara, dan menulis.

Menurut Tarigan dalam Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, menyimak dapat didefinisikan sebagai :

Suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan(1986:28)

Komunikasi tidak akan dapat berlangsung dengan lancar tanpa keterampilan menyimak yang baik. Munfingatun menjelaskan bahwa :

Kemampuan seseorang dalam menyimak (mendengar/membaca) merupakan landasan yang sangat vital dalam kemampuannya mengambil sikap atau keputusan yang tepat dalam kehidupan.

Oleh karena itu, pembelajaran menyimak dalam proses pembelajaran menempati hal yang sangat mendasar dalam mencapai keberhasilan pembelajaran.

Sadar atau tidak disadari bahwa tingkat keberhasilan proses pembelajaran sesungguhnya karena kemampuan menyimak seseorang terhadap berlangsungnya proses pembelajaran.

Sebagai suatu keterampilan, menyimak merupakan keterampilan yang harus dimiliki semua pembelajar agar dapat memahami bahasa yang digunakan orang lain secara lisan.

Tanpa kemampuan  menyimak yang baik, dimungkinkan terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi antara sesama pemakai bahasa yang dapat menyebabkan berbagai hambatan dalam kegiatan sehari-hari.

Oleh karena itu kemampuan menyimak merupakan bagian yang penting dan tidak dapat diabaikan dalam pengajaran bahasa, terutama bila tujuannya adalah untuk penguasaan kemampuan berbahasa selengkapnya(membaca, berbicara dan menulis).

Kemajuan dalam menyimak akan menjadi dasar bagi pengembangan keterampilan berbahasa lainnya, karena di dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kegiatan komunikasi yang dilakukan secara lisan, sehingga kemampuan menyimak sangat penting dimiliki oleh setiap pemakai bahasa.

Faktor Pemengaruh Menyimak

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seseorang di dalam menyimak. Menurut Tarigan(1986:99) faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menyimak tersebut antara lain :

1. Faktor Fisik

Fisik seorang penyimak merupakan faktor yang turut menentukan keefektifan serta serta kualitas keaktifannya dalam menyimak. Sebagai misal, ada orang yang sukar sekali mendengar.

Dalam keadaan yang serupa itu, dia mungkin saja terganggu serta dibingungkan oleh upaya yang dilakukannya untuk mendengar, atau dia mungkin kehilangan ide-ide pokok seluruhnya.

Lingkungan fisik juga mungkin sekali turut bertanggung jawab atas ketidakefektifan menyimak seseorang.

2. Faktor Psikologis

Faktor ini antara lain mencakup masalah-masalah seperti :

  1. Prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan aneka sebab dan alasan
  2. Keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah pribadi.
  3. Kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas
  4. Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali pada pokok pembicaraan
  5. Sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap pokok pembicaraan, atau terhadap sang pembicara.

3. Faktor Pengalaman


Latar belakang pengalaman merupakan faktor penting dalam kegiatan menyimak. Tidak perlu disangsikan lagi bahwa sikap-sikap kita merupakan hasil pertumbuhan, perkembangan pengalaman kita sendiri.

Kurangnya atau tiadanya minat pun agaknya merupakan akibat dari pengalaman yang kurang atau tidak ada sama sekali pengalaman dalam bidang yang akan disimak itu.

Sikap antagonistic, sikap-sikap yang menentang serta bermusuhan timbul dari pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan.

4. Faktor Sikap

Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik atau pokok-pokok pembicaraan yang dapat dia setujui daripada yang kurang atau tidak disetujuinya.

Pada dasarnya manusia mempunyai dua sikap utama mengenai segala hal yaitu sikap menerima dan sikap menolak.

Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya; tetapi bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik atau yang tidak menguntungkan baginya.

Kedua hal ini memberi dampak pada penyimak, masing-masing dampak positif dan dampak negative.

5. Faktor Motivasi

Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan, begitu pula halnya dengan menyimak.

Kebanyakan kegiatan menyimak melibatkan sistem penilaian kita sendiri. Kalau kita dapat memperoleh sesuatu yang berharga dari pembicaraan itu, maka kita pun akan bersemangat menyimaknya dengan tekun dan seksama.

Akan tetapi kalau kita tidak yakin bahwa kita akan memperoleh sesuatu yang berharga dan berguna dari suatu penyimakan, maka akan sedikit sekali kemungkinan bahwa kita akan mau, apalagi bergairah, meyimak pada sesuatu apabila kita sedang melamun, mengantuk atau tidur-tiduran.

6. Faktor Jenis Kelamin

Perbedaan dalam menyimak turut pula ditentukan oleh perbedaan jenis kelamin. Pria dan wanita pada umumnya memiliki perhatian dan cara memusatkan perhatian pada sesuatu yang berbeda. Silverman dan Webb dalam Tarigan(1986:104) mengemukakan bahwa :

gaya menyimak pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, menetralkan, intrusif(bersifat mengganggu), berdikari/mandiri, sanggup mencukupi kebutuhan sendiri(swasembada), dan  dapat menguasai/mengendalikan  emosi; sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih subjektif, pasif, ramah/simpatik, difusif(menyebar), sensitif, mudah dipengaruhi/gampang terpengaruh, mudah mengalah, reseptif, bergantung(tidak berdikari), dan emosional” 

7. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang baik turut mempengaruhi serta menunjang kegiatan-kegiatan menyimak. Orang-orang cepat sekali merasakan suatu suasana dimana mereka didorong untuk mengekspresikan ide-ide mereka, juga cepat mengetahui bahwa sumbangan-sumbangan mereka akan dihargai.

Mereka yang mempunyai kesempatan untuk didengarkan akan lebih sigap mendengarkan apabila mempunyai kesempatan berbicara.

8. Faktor Peranan Dalam Masyarakat

Kemauan menyimak kita dapat juga dipengaruhi oleh peranan kita dalam masyarakat. Semua orang dari berbagai profesi pasti akan haus menyimak hal-hal yang ada kaitannya dengan mereka, dengan profesi dan keahlian mereka, yang dapat memperluas cakrawala pengetahuan mereka.

Tanpa memperoleh informasi mutakhir mengenai bidang mereka itu, jelas mereka merasa ketinggalan jaman. Perkembangan pesat yang terdapat dalam bidang keahlian mereka, menuntut mereka untuk mengembangkan suatu teknik menyimak yang baik.

Ciri Bahasa yang Perlu Disimak secara Selektif


Menurut Tarigan(1986:50) beberapa urutan kebahasaan yang harus diperhatikan dalam menyimak adalah :

1. Nada Suara

Meskipun seseorang dapat berbicara bahasa asing dengan bentuk-bentuk tata bahasa yang sungguh tepat dan benar, pemilihan kata-kata yang baik, bahkan ucapan konsonan-konsonan serta vocal-vokal yang hampir tidak bercela, tetapi intonasinya yang jelek dan salah biasanya membukakan tabir baginya sebagai orang asing.

Walaupun demikian, menyimak selektif terhadap intonasi merupakan langkah pertama yang benar-benar harus dimulai dalam menyimak suatu bahasa asing.

Ketika pertama kali mendengarkan bahasa asing maka biasanya diperoleh kesan bahwa benar-benar tiada limit variasi-variasi puncak atau nada suara pada aneka ragam kata, frase, dan kalimat.

Tetapi secara berangsur-angsur semakin banyak seseorang menyimak suatu bahasa, maka semakin tinggi pula kesadarannya bahwa sebenarnya ada sejumlah batas yang amat tegas tempat orang berbuat dengan suaranya.

Bila dengan menyimak secara secukupnya seseorang menjadi tahu, dan secara sadar atau tidak sadar akan perbedaan yang bermakna dan dapat menirunya serta mengucapkannya kembali, maka itu semua yang dibutuhkan oleh pemakai praktis suatu bahasa.

2. Bunyi-bunyi asing

Begitu seseorang menyimak secara selektif pada aneka variasi nada suatu bahasa, maka bunyi-bunyi asing tersebut baik konsonan atau vokal tentu akan sangat menarik perhatiannya.

Oleh karena itu, maka segi-segi berikutnya yang harus disimak secara selektif adalah bunyi-bunyi asing dalam bahasa tersebut.

Kalau suatu bunyi agak sering dipakai maka adalah baik serta bijaksana memusatkan perhatian hanya pada bunyi yang satu itu. Dalam waktu yang amat singkat akan terlihat bahwa bunyi tersebut tidak selalu sama.

Apabila seseorang pertama kali mendengar suatu bunyi maka kerap kali ada beberapa keraguan misalnya mengenai bagaimana cara mengucapkannya, tetapi setelah menyimak secara seksama pada bunyi tersebut beberapa kali, maka seolah-olah alat bicara yang beraneka ragam itu hampir bergerak otomatis dalam arah dan waktu yang tepat untuk menampilkan bunyi tadi.

3. Bunyi-bunyi yang bersamaan

Setelah menyimak selektif pada bunyi-bunyi yang asing, maka kita hendaknya mulai mengarahkan perhatian kita pada perangkat-perangkat bunyi yang bersamaan.

Dapat dikatakan bahwa kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dalam bahasa bersifat sistematis. Bahasa-bahasa tidak lebih dari sistem-sistem lambang yang amat rumit dan kompleks.

Bila kita terus menyimak aneka perangkat bunyi yang bersamaan baik konsonan maupun vokal, maka kita segera melihat bahwa disamping bahasa bahasa tersebut mempunyai bunyi-bunyi yang yang beraneka ragam.

4. Kata-kata dan frase-frase

Salah satu dari frase-frase yang paling penting dalam menyimak kata-kata secara selektif ataupun menyimak kalimat-kalimat secara selektif adalah mencoba memahami dari konteks apa makna yang dikandungnya.

Kita pun dalam hal ini dapat menirunya dengan baik. Nilai prosedur ini sangat baik. Menyimak secara selektif terhadap kata-kata biasanya mulai dengan memperhatikan setiap kombinasi bunyi yang muncul berulang-ulang, yang seolah-olah “lebih menonjol” dalam arus ujaran.

Pada mulanya seseorang menyimak secara selektif pada urutan-urutan yang sering kali muncul, yang maknanya belum begitu dipahami. Sekali makna itu diketahui serta dipahami maka kita perlu menyimak kombinasi-kombinasi yang serupa itu dari rekaman lain, atau dalam percakapan sehari-hari.

Kalau kata-kata itu telah menjadi biasa, kita harus menambahkan kata-kata yang lain yang baru saja dipelajari, mendorong jauh-jauh batas pengawasan reseptif terhadap bahasa itu.

5. Bentuk-bentuk ketatabahasaan

Dalam kebanyakan bahasa, apa yang kita sebut “kata” itu tidak selalu muncul dan kelihatan dalam bentuk yang sama. Kadang-kadang suatu tambahan dilekatkan pada kata itu.

Apa pun perubahan yang terjadi, kita perlu mengarahkan perhatian pada hal itu dengan jalan menyimak secara selektif pada perangkat-perangkat modifikasi tersebut.

Apabila kita mempelajari lebih banyak lagi struktur kebahasaan suatu bahasa, maka hendaknya kita menyimak secara selektif pada setiap tipe ciri kebahasaan, seperti jenis kelamin, waktu, modus, bentuk, susunan kata, frase, klausa.

Setiap ciri ketatabahasaan, terutama sekali yang mungkin menimbulkan kesukaran pada pelajar haruslah disimak secara selektif.

Salah satu keuntungan utama menyimak secara selektif pada struktur ketatabahasaan adalah bahwa struktur yang diserap oleh proses ini cenderung membuat kebiasaan dalam otak kita.

Bahkan setelah kita berhenti menyimak pun, terutama sekali bagi bentuk atau susunan kata seperti itu, otak ita terus melanjutkan proses pengklasifikasian secara otomatis segala sesuatu yang telah kita dengar itu.

Tujuan Menyimak

Logan dan Shrope dalam Tarigan menjelaskan bahwa tujuan orang untuk menyimak sesuatu itu beraneka ragam, antara lain :

  1. Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara; dengan perkataan lain dia menyimak untuk belajar.
  2. Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan(teritama sekali dalam bidang seni); pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.
  3. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai apa-apa yang yang dia simak(baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain); singkatnya dia menyimak untuk mengevaluasi.
  4. Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu(misalnya: pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan); pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.
  5. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan penting dan menunjangnya dalam mengkomunikasikan ide-idenya sendiri.
  6. Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi¬ dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti(distingtif) mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli(native speaker).
  7. Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
  8. Selanjutnya ada lagi orang yang tekun menyimak sang pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan; dengan kata lain dia menyimak secara persuasif.(1986:56)

Dari uraian diatas dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa pada dasarnya kegiatan menyimak dapat kita pandang dari berbagai segi, misalnya sebagai sarana, sebagai suatu keterampilan berkomunikasi, sebagai seni, sebagai proses, sebagai suatu respon, dan sebagai pengalaman kreatif.

Korelasi antara Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Menyimak

Di dalam mempelajari suatu bahasa setiap pembelajar tentunya menghendaki agar dapat berbahasa dengan baik dalam bahasa yang sedang dipelajarinya.

Bagi pelajaran bahasa asing dalam hal ini bahasa Jepang, penguasaan kosakata merupakan syarat utama yang harus dikuasai pembelajar dalam meningkatkan keterampilan berbahasanya.

Mata kuliah Goi merupakan mata kuliah yang dianggap efektif untuk meningkatkan pemahaman dan menambah perbendaharaan kosakata bahasa Jepang dan diajarkan berkesinambungan.

Karena kosakata-kosakata yang dipelajari dalam mata kuliah ini akan selalu berhubungan dengan mata kuliah bahasa Jepang lainnya termasuk mata kuliah Chookai, maka para pembelajar harus disiplin dan teliti di dalam menangkap, mengingat, menganalisis dan memahami kosakatanya.

Walaupun hal ini cukup sulit untuk dijadikan ukuran, karena kemampuan berbahasa Jepang dalam hal ini kemampuan menyimak bahasa jepang (Chookai) dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa secara konseptual terdapat suatu pola hubungan tertentu antara penguasaan kosakata dengan kemampuan menyimak mahasiswa.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas penguasaan kosakata dapat dijadikan prediktor bagi kemampuan menyimak mahasiswa.

Karena itu penguasaan kosakata merupakan ukuran untuk mengetahui seberapa besar tingkat kemampuan menyimak mahasiswa.

Persoalannya bahwa penguasaan kosakata merupakan sesuatu yang relatif, kompleks dan senantiasa berkembang sehingga upaya-upaya untuk mengembangkan dan mengendalikannya secara berhasil perlu terus menerus dilakukan.

Disamping itu masalah menyimak adalah masalah yang mempunyai sifat subjektif. Kemampuan menyimak akan berbeda antara yang satu individu dengan yang lainnya. Terima kasih telah singgah di nihongo-gakka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sintaksis dalam Bahasa Jepang

Tinjauan Umum Terhadap Sintaksis Sintaksis  adalah  bidang  tataran  linguistik  yang  secara  tradisional  disebut  tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattiein yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan   bersama   kata-kata   menjadi   kelompok   kata  atau  kalimat.  Arifin (2008:1-2) mengemukakan sintaksis sebagai cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa dan kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya rumah mewah. Frasa membicarakan hubungan antara sebuah kata dan kata yang lain. Pada contoh tersebut, baik rumah maupun  mewah,  tidak  satu  pun  yang  berfungsi  sebagai  predikat. Klausa  adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah predikat, dan berpotensi menjadi kalimat.

Teori Konsep Kanji dalam Bahasa Jepang

Teori Konsep Kanji Huruf kanji 「漢字」 adalah huruf yang di buat di China lebih dari 3000 tahun yang lalu. Huruf kanji disampaikan ke Jepang kira-kira pada abad 4 pada waktu negeri China merupakan zaman Kan. Oleh sebab itulah maka huruf tersebut dinamakan kanji yang berarti huruf negri Kan. (Iwabuchi, 1989, hal.63). Huruf kanji  mula-mula dari bentuk suatu benda kemudian dipresentasikan ke dalam bentuk tulisan sehingga bisa di baca. Seperti beberapa contoh karakter huruf Kanji yang ada di bawah ini, huruf berangsur-angsur berubah ke bentuk yang lebih sederhana dan mudah di tulis. Sehingga menjadi huruf Kanji yang kita gunakan sampai sekarang. Pengertian kanji menurut (Takebe, 1993, hal.4) adalah : 漢字は意味を表します。漢字はその意味をその読み方がわかります。漢字の「口」の元は、くちの絵でした Terjemahan : Kanji mengekspresikan arti. Dalam kanji, mengerti cara bacanya melalui arti dari kanji tersebut. Bentuk asli dari kanji kuchi「口」merupakan gambar dari bentuk mulut. Konsep Kanji Huruf kanji merupakan salah satu asp

Semantik Bahasa Jepang

Dalam kajian ini akan mengulas tentang teori-teori yang semantik bahasa jepang. Dalam teori semantik memiliki makna denotatif dan konotatif. Teori Semantik Bahasa Jepang Menurut (Chaer, 2009, hal.2) kata semantik berasal dari bahasa Yunani, sema, yang berarti “tanda” atau “lambang”, yang dimaksud dengan tanda di sini adalah tanda linguistik. Oleh karena itu semantik merupakan ilmu linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Semantik sebagai pelafalan dari istilah “la semantique” adalah salah satu ilmu dan analisis tentang makna linguistik (Parera, 2004, hal.42). Untuk pembagian semantik ke dalam ilmu bahasa, ahli semantik (Ikegami,       1991, hal.19) juga mengatakan, 言語における意味の問題は、当然言語学の一部門として意味論の対象になる。意味論は、特に区別されるときは「言語学的な意味論」(linguistic semantics)、「哲学的な意味論」(philosophical semantics)、 「一般意味論」(general semantics)というふうにそれぞれ呼ばれるが、多くはいずれの場合対しても「意味論」という名称使われる。 Terjemahan : Permasalahan arti dalam bahasa yang menjadi objek semantik adalah salah satu bagian dalam ilm

Goi dalam Bahasa Jepang

Jenis Jenis Goi Sudjianto dan Dahidi(2007:98) ) dalam Pengantar Linguistik Bahasa Jepang menjelaskan bahwa : Kosakata atau goi dapat diklasifikasikan berdasrkan pada cara-cara, standar atau sudut pandang apa kita melihatnya. Misalnya berdasarkan karakteristik gramatikalnya terdapat kata-kata yang tergolong doushi (verba), i-keiyoushi atau ada yang menyebutnya keiyoushi (ajektiva i), na-keiyoushi atau ada yang menyebutnya keiyoudoushi (ajektiva na). meishi (nomina), rentaishi (prenomina), fukushi (adverbia), kandoushi (interjeksi), setsuzokushi (konjungsi), jodoushi (verba bantu), dan joshi (pertikel). Kosakata dapat juga diklasifikasikan berdasarkan para penuturnya dilihat dari faktor usia, jenis kelamin dan sebagainya. Lalu berdasarkan pekerjaan atau bidang keahliannya di dalam bahasa Jepang terdapat beberapa senmon yoogo(istilah-istilah teknis atau istilah-istilah bidang keahlian) termasuk didalamnya kata-kata yang termasuk bidang kedokteran, pertanian, teknik, perekonomian,